Katolik Maronit adalah salah satu cabang dari Gereja Katolik Timur yang berada dalam persekutuan penuh dengan Sri Paus dan Gereja Katolik Roma. Nama Maronit berasal dari Santo Maron, seorang rahib Suriah yang hidup pada abad ke-4 dan dihormati sebagai orang suci. Gereja Maronit menggunakan Ritus Suriah Barat dan bahasa Suryani dalam liturginya, yang mencerminkan warisan budaya dan sejarah mereka sebagai bagian dari Kekristenan Suryani. Gereja Maronit memiliki sejarah panjang dan kompleks yang melibatkan migrasi, konflik, dan persekutuan dengan gereja-gereja lain. Gereja Maronit saat ini berpusat di Lebanon, tetapi juga memiliki umat di Suriah, Israel, Siprus, Yordania, dan berbagai negara lainnya. Gereja Maronit dikepalai oleh Patriark Maronit Antiokhia, yang saat ini adalah Batrik Bechara Boutros al-Rahi.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang Katolik Maronit, mulai dari sejarah, doktrin, liturgi, budaya, hingga hubungan dengan Islam. Tujuan artikel ini adalah untuk memberikan informasi yang akurat dan menarik tentang Katolik Maronit, serta untuk menghargai dan menghormati keragaman dan kekayaan beragama khususnya Kekristenan.
Sejarah Katolik Maronit
Sejarah Katolik Maronit berkaitan dengan Santo Maron, seorang rahib Suriah yang hidup pada abad ke-4 dan dihormati sebagai orang suci. Ia memimpin sebuah jemaat yang berpegang teguh pada ajaran Konsili Kalsedon, yang menolak doktrin monofisitisme. Murid-muridnya kemudian mendirikan biara di sekitar makamnya dan menjadi pusat dari Gereja Maronit. Pada abad ke-7, Gereja Maronit dipimpin oleh Yohanes Maron, yang dianggap sebagai patriark Maronit pertama. Ia memperkuat hubungan dengan Gereja Katolik Roma dan membela Gereja Maronit dari serangan kaum Muslim. Gereja Maronit kemudian bermigrasi ke pegunungan Lebanon, di mana mereka bertahan dari berbagai tantangan dan penganiayaan.
Gereja Maronit berperan penting dalam sejarah politik dan sosial Lebanon, terutama dalam perjuangan untuk kemerdekaan dan kedaulatan negara itu. Gereja Maronit memiliki banyak tokoh terkenal, seperti Khalil Gibran, Camille Chamoun, Bachir Gemayel, dan Michel Suleiman. Gereja Maronit juga memiliki banyak katedral yang indah dan bersejarah, seperti Katedral Santo Mikael di Tripoli dan Katedral Santo Georgius di Beirut.
Doktrin Katolik Maronit
Doktrin Katolik Maronit adalah doktrin yang mengikuti ajaran Gereja Katolik, baik Timur maupun Barat, dengan beberapa perbedaan dan penekanan tertentu. Katolik Maronit menerima dogma kelahiran suci Maria, yang menyatakan bahwa Maria dilahirkan tanpa noda dosa asal, tetapi menolak dogma keabadian Paus, yang menyatakan bahwa Paus tidak dapat salah dalam hal doktrin iman dan moral. Katolik Maronit mengakui Konsili Kalsedon, yang menyatakan bahwa Yesus memiliki dua alam, manusia dan ilahi, yang tidak bercampur dan tidak berubah, tetapi juga mengikuti Konsili Konstantinopel II, yang menambahkan bahwa Yesus juga memiliki dua kehendak, manusia dan ilahi, yang bekerja secara harmonis.
Katolik Maronit mempraktikkan penahbisan imam yang sudah menikah, yang dianggap sebagai tradisi kuno dari Gereja Timur, tetapi juga menghormati keperawanan sebagai tanda kesucian dan pengabdian. Katolik Maronit memiliki pemahaman yang berbeda tentang api penyucian dan indulgensi, yang merupakan cara untuk membersihkan diri dari dosa dan hukuman sementara sebelum masuk surga. Katolik Maronit menganggap api penyucian sebagai suatu keadaan rohani, bukan tempat fisik, dan indulgensi sebagai suatu pemberian Allah, bukan gereja.
Liturgi Katolik Maronit
Liturgi Katolik Maronit adalah liturgi yang menggunakan Ritus Suriah Barat dan bahasa Suryani, yang merupakan bahasa yang digunakan oleh Yesus dan para rasul. Liturgi Katolik Maronit terdiri dari tujuh sakramen, yaitu baptisan, pengurapan, komuni, pengakuan, penahbisan, perkawinan, dan penyembuhan. Selain itu, liturgi Katolik Maronit juga meliputi shalat, puasa, ziarah, dan perayaan-perayaan liturgis, seperti Paskah, Natal, dan Hari Raya Santo Maron.
Liturgi Katolik Maronit memiliki beberapa ciri khas, seperti penggunaan salib Maronit, yang memiliki tiga ujung pada setiap lengannya, yang melambangkan Tritunggal Mahakudus, tiga sifat ilahi Yesus, dan tiga sifat manusia Yesus. Penggunaan roti tidak beragi (azyma) dan anggur dalam komuni, yang melambangkan tubuh dan darah Yesus yang tidak berubah. Penggunaan doa Qadishat Aloho (Kuduslah Allah), yang merupakan doa pujian dan permohonan yang diucapkan dalam bahasa Suryani. Penggunaan nyanyian liturgis, yang disebut qolo, yang merupakan bentuk puisi rohani yang diiringi oleh musik tradisional, seperti rababah, ney, dan tablah.
Budaya Katolik Maronit
Budaya Katolik Maronit adalah budaya yang menggabungkan unsur-unsur dari budaya Suryani dan Lebanon, yang mencerminkan identitas dan warisan mereka sebagai umat Katolik Timur yang hidup di Timur Tengah. Budaya Katolik Maronit meliputi aspek-aspek seperti bahasa, seni, musik, sastra, makanan, pakaian, dan adat istiadat. Budaya Katolik Maronit juga dipengaruhi oleh interaksi dan pengaruh dari budaya-budaya lain, seperti Arab, Turki, Prancis, dan Barat.
Budaya Katolik Maronit memiliki beberapa contoh, seperti penggunaan bahasa Suryani dalam liturgi, doa, dan nyanyian, yang merupakan bahasa yang kuno dan sakral. Penggunaan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan bahasa yang umum dan populer. Penggunaan bahasa Prancis dalam pendidikan, bisnis, dan diplomasi, yang merupakan bahasa yang modern dan prestisius. Penggunaan bahasa Inggris dalam media, teknologi, dan pariwisata, yang merupakan bahasa yang global dan praktis.
Hubungan Katolik Maronit dan Islam
Hubungan Katolik Maronit dan Islam adalah hubungan yang kompleks dan dinamis, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sejarah, politik, sosial, dan budaya. Secara umum, hubungan tersebut mengalami pasang surut, tergantung pada situasi politik dan keamanan di Lebanon dan kawasan Timur Tengah. Beberapa periode hubungan tersebut adalah:
- Periode migrasi (abad ke-7 hingga ke-13): Katolik Maronit bermigrasi ke pegunungan Lebanon untuk menghindari penganiayaan dari kaum Muslim, yang menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Palestina. Di sana, mereka hidup secara terpisah
- Periode perlindungan (abad ke-16 hingga ke-18): Katolik Maronit mendapatkan perlindungan dari Kekaisaran Ottoman, yang mengakui status mereka sebagai millet, atau komunitas agama otonom. Katolik Maronit juga menjalin persekutuan dengan Prancis, yang menjadi pelindung mereka di hadapan Sultan Ottoman. Katolik Maronit berperan sebagai perantara antara pemerintah Ottoman dan penduduk lokal, serta antara dunia Arab dan dunia Barat. Katolik Maronit juga mengalami perkembangan pendidikan, budaya, dan ekonomi, yang membuat mereka lebih maju dari komunitas Muslim.
- Periode konflik (abad ke-19 hingga ke-20): Katolik Maronit terlibat dalam beberapa konflik bersenjata dengan komunitas Muslim, terutama Druze dan Syiah, yang dipicu oleh persaingan politik, ekonomi, dan sosial. Konflik-konflik tersebut meliputi Perang Saudara Lebanon 1860, Perang Saudara Lebanon 1958, dan Perang Saudara Lebanon 1975-1990. Konflik-konflik tersebut menimbulkan korban jiwa, kerusakan, dan pengungsian di kedua belah pihak, serta meningkatkan permusuhan dan ketidakpercayaan antara Katolik Maronit dan Islam.
- Periode rekonsiliasi (abad ke-21 hingga sekarang): Katolik Maronit dan Islam berusaha untuk membangun kembali hubungan yang damai dan harmonis, berdasarkan prinsip-prinsip toleransi, dialog, dan kerjasama. Katolik Maronit dan Islam terlibat dalam berbagai inisiatif bersama, seperti Pakta Nasional 1943, Perjanjian Taif 1989, dan Deklarasi Bkerke 2012, yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik, menghormati keragaman, dan mempromosikan persatuan nasional. Katolik Maronit dan Islam juga berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial, budaya, dan kemanusiaan, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, solidaritas, dan kesejahteraan bersama.
Hubungan antara Katolik Maronit dan Islam di Lebanon adalah hubungan yang penting dan menantang, yang membutuhkan komitmen dan usaha dari kedua belah pihak, serta dukungan dari masyarakat internasional, untuk mencapai perdamaian dan kemajuan yang berkelanjutan.
Kesimpulan
Katolik Maronit adalah salah satu cabang dari Gereja Katolik Timur yang memiliki budaya Timur Tengah yang kental. Katolik Maronit memiliki sejarah, doktrin, liturgi, budaya, dan hubungan yang unik dan menarik, yang layak untuk diketahui dan dihargai. Katolik Maronit juga merupakan bagian dari Kekristenan yang beragam dan kaya, yang bersatu dalam iman dan kasih kepada Allah dan sesama.
Semoga artikel ini bermanfaat dan informatif bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Katolik Maronit. Terima kasih telah membaca dan sampai jumpa di artikel selanjutnya.
Sumber:
- Gereja Maronit - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Maronit
- Kekristenan Maronit di Lebanon - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan_Maronit_di_Lebanon
- √ Ajaran Kristen Maronit Menurut Pandangan Gereja - BersamaKristus, https://bersamakristus.org/ajaran-kristen-maronit/
- Kekristenan pada abad ke-1 - Wikiwand, https://www.wikiwand.com/id/Kekristenan_pada_abad_ke-1
- [Fakta atau Hoaks] Benarkah Kristen Ortodok Syiria adalah Agama Baru Meniru Islam? - Cek Fakta Tempo.co, https://cekfakta.tempo.co/fakta/340/fakta-atau-hoaks-benarkah-kristen-ortodok-syiria-adalah-agama-baru-meniru-islam
- Mengapa Ortodoks dan Katolik berpisah? | Coretan Bintang Naisya – Sridianti Dot Com, https://www.sridianti.com/soal/mengapa-ortodoks-dan-katolik-berpisah.html
- perbedaan katolik roma dan katolik ortodoks, https://www.perbedaan.co.id/perbedaan-katolik-roma-dan-katolik-ortodoks/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H