Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Putri Tisul: Contoh Hoaks Arkeologi dan Sejarah Alternatif dari Siberia

2 Maret 2024   07:00 Diperbarui: 2 Maret 2024   07:03 4134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Putri Tisul telah menarik perhatian banyak orang sejak pertama kali muncul pada tanggal  5 September 1959. Dalam cerita ini, sebuah sarkofagus kuno ditemukan di Siberia yang berusia sekitar 800 juta tahun, dan berisi tubuh seorang wanita muda berumur antara 25-30 tahun yang dikenal sebagai Putri Tisul. Namun, klaim ini segera menjadi subjek kontroversi karena kurangnya bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Tanpa bukti fisik yang dapat diverifikasi atau penelitian ilmiah yang mendukung klaim tersebut, banyak yang mempertanyakan kebenaran kisah Putri Tisul.

Penemuan ini menyoroti fenomena yang lebih luas dalam dunia arkeologi dan sejarah alternatif, di mana cerita-cerita misterius sering kali menjadi bagian dari narasi yang berkembang, terlepas dari kekurangan bukti yang kuat. Meskipun kisah Putri Tisul mungkin menarik minat banyak orang, penting untuk mempertahankan sikap skeptisisme dan kritisisme terhadap klaim yang tidak didukung oleh bukti yang kuat. Dengan demikian, kita dapat menghindari jatuh ke dalam perangkap mempercayai hoaks atau legenda urban yang tidak memiliki dasar yang kuat dalam realitas arkeologi dan sejarah.

Latar Belakang Kisah Putri Tisul

Cerita tentang Putri Tisul memiliki latar belakang Penciptaan sensasi di kalangan publik pada tahun 1969. Pada saat itu, para pekerja tambang batubara di Siberia dilaporkan menemukan sebuah sarkofagus kuno yang diyakini berusia ratusan juta tahun. Penemuan ini terjadi di tengah aktivitas tambang di wilayah tersebut, dan kabar tentang temuan yang mengejutkan ini segera menyebar ke seluruh dunia.

Sarkofagus tersebut diyakini berisi tubuh seorang wanita yang telah terjaga dengan baik, dan orang-orang segera menamainya Putri Tisul. Namun, apa yang membuat penemuan ini begitu mencengangkan adalah klaim tentang usia sarkofagus tersebut, yang diperkirakan jauh melampaui perkiraan sejarah manusia yang dikenal saat itu.

Klaim tentang usia sarkofagus yang mencapai ratusan juta tahun ini tidak hanya menarik minat masyarakat umum, tetapi juga memicu perdebatan di kalangan para ahli dan peneliti. Pertanyaan muncul tentang bagaimana mungkin sebuah struktur seumur itu bisa bertahan dan apa implikasinya terhadap pemahaman kita tentang sejarah manusia dan evolusinya.

Meskipun klaim tentang Putri Tisul telah menarik perhatian dunia selama beberapa dekade, kurangnya bukti yang meyakinkan dan ketidaksesuaian dengan pengetahuan ilmiah tentang sejarah dan arkeologi telah membuat banyak orang mempertanyakan kebenaran cerita ini. Dengan demikian, penemuan Putri Tisul tetap menjadi salah satu misteri yang belum terpecahkan dalam dunia arkeologi dan sejarah alternatif.

Keraguan Terhadap Penemuan

Keraguan terhadap klaim tentang penemuan Putri Tisul tidak hanya didasarkan pada kurangnya bukti fisik yang dapat diverifikasi, tetapi juga karena pertentangan dengan pemahaman ilmiah yang ada. Berikut adalah dua alasan utama mengapa banyak ahli dan peneliti meragukan kebenaran penemuan ini:

-Kurangnya Bukti Fisik yang Diverifikasi: Hingga saat ini, tidak ada bukti fisik yang dapat diverifikasi yang mendukung klaim tentang keberadaan sarkofagus atau tubuh Putri Tisul. Tidak ada dokumentasi resmi atau penelitian arkeologis yang telah dipublikasikan untuk memberikan bukti yang jelas tentang penemuan ini. Tanpa bukti fisik yang solid, sulit bagi komunitas ilmiah untuk menerima klaim semacam itu sebagai kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun