Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang berdiri di Sumatera pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan yang kuat, makmur, dan berpengaruh di Asia Tenggara dan Asia Timur. Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pembelajaran agama Buddha yang terkenal di kawasan tersebut. Banyak pendeta-pendeta Buddha dari berbagai daerah yang datang ke Sriwijaya untuk mempelajari agama Buddha. Sriwijaya juga menjadi tempat lahirnya banyak karya-karya sastra dan seni Buddha yang mengagumkan.
Bagaimana Sriwijaya bisa menjadi pusat pembelajaran agama Buddha di Asia Tenggara? Apa saja yang dipelajari dan diajarkan oleh para pendeta Buddha di Sriwijaya? Bagaimana pengaruh agama Buddha terhadap perkembangan Sriwijaya? Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengulas sejarah, budaya, dan agama Buddha di Sriwijaya.
Sejarah Sriwijaya
Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada tahun 671 Masehi. Ia adalah seorang penguasa dari Kerajaan Malayu yang melakukan ekspansi militer dan perdagangan ke seluruh Sumatera dan Semenanjung Malaya. Ia berhasil menaklukkan banyak kerajaan-kerajaan kecil di kawasan tersebut dan membentuk sebuah federasi yang disebut Sriwijaya. Ia juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan besar di India dan Tiongkok, yang merupakan pusat-pusat agama Buddha pada masa itu.
Sriwijaya terus berkembang dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi. Pada masa ini, Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim antara India dan Tiongkok, yang merupakan dua pasar terbesar di dunia saat itu. Sriwijaya juga memiliki banyak negeri bawahan, seperti Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Filipina, Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan terkaya dan terkuat di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11 hingga ke-13 Masehi. Pada masa ini, Sriwijaya menghadapi persaingan dari kerajaan-kerajaan lain yang mulai bangkit, seperti Chola dari India Selatan, Khmer dari Kamboja, Majapahit dari Jawa, dan Mongol dari Tiongkok. Sriwijaya juga mengalami konflik internal dan perpecahan antara daerah-daerah bawahannya. Sriwijaya akhirnya runtuh pada tahun 1293 Masehi setelah diserang oleh pasukan Majapahit.
Budaya Sriwijaya
Sriwijaya memiliki budaya yang majemuk dan dinamis. Budaya Sriwijaya dipengaruhi oleh berbagai unsur budaya dari daerah-daerah yang dikuasainya atau berhubungan dengannya. Budaya Sriwijaya juga dipengaruhi oleh agama-agama yang dianut oleh penduduknya, terutama agama Buddha.
Salah satu aspek budaya Sriwijaya yang paling menonjol adalah seni dan sastra. Seni dan sastra Sriwijaya banyak mengandung unsur-unsur agama Buddha, baik dari aliran Mahayana maupun Theravada. Banyak karya seni dan sastra yang dibuat oleh para pendeta atau seniman Sriwijaya yang mengagumkan dunia.
Beberapa contoh karya seni Sriwijaya adalah candi-candi Buddha yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Candi-candi ini memiliki arsitektur dan ukiran yang indah dan bermakna. Beberapa candi yang terkenal adalah Candi Muara Takus di Riau, Candi Muara Jambi di Jambi, Candi Padang Lawas di Sumatera Utara, Candi Borobudur di Jawa Tengah, dan Candi Sewu di Jawa Timur.