Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keris: Senjata Khas Nusantara yang Menyimpan Sejarah dan Budaya di Asia Tenggara.

6 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 6 Februari 2024   07:47 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keris adalah belati yang memiliki banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya mudah dibedakan dari senjata tajam lain karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bentuk bilahnya berlekuk, dan banyak di antaranya memiliki pamor, yaitu memperlihatkan serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah. Keris merupakan warisan budaya dunia yang diakui oleh UNESCO sejak tahun 2005. Keris mencerminkan keunggulan budaya dan peradaban Indonesia, khususnya kebudayaan Jawa, yang merupakan salah satu pusat peradaban dan kebudayaan di Asia Tenggara.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang asal-usul, jenis-jenis, kehebatan, dan legenda-legenda keris sebagai senjata khas Nusantara yang menyimpan sejarah dan budaya Asia Tenggara.

Asal-Usul Keris

Keris pertama kali dikenal berasal dari pulau Jawa dan dibawa ke seluruh Nusantara, kemudian meluas ke wilayah Asia Tenggara. Menurut beberapa sumber sejarah, keris mulai dikenal sejak abad ke-9 Masehi di Jawa Tengah. Keris berkembang pesat seiring dengan perkembangan kerajaan-kerajaan di Jawa, seperti Mataram Kuno, Singasari, Majapahit, Demak, Pajang, Mataram Islam, hingga Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Keris menjadi simbol kewibawaan, kearifan, dan kesaktian bagi para raja, sultan, pahlawan, dan tokoh sejarah Indonesia.

Keris juga menyebar ke berbagai wilayah di Asia Tenggara yang dipengaruhi oleh Majapahit, salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Asia Tenggara pada abad ke-13 hingga ke-15. Keris menjadi bagian dari budaya Melayu, Bali, Madura, Bugis, Makassar, Banjar, Sunda, Minangkabau, Aceh, Batak, Lampung, Palembang, Jambi, Riau, hingga Filipina. Keris juga ditemukan di beberapa negara lain seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura.

Jenis-Jenis Keris

Jenis-jenis keris adalah berbagai macam variasi keris yang dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, motif, asal, atau fungsi keris. Keris adalah senjata unik yang berlekuk atau asimetri yang termasuk dalam kelompok senjata tikam dari Indonesia. Keris memiliki nilai filosofis, estetika, dan ekonomi yang tinggi, serta dihormati sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Beberapa cara untuk mengklasifikasikan jenis-jenis keris adalah sebagai berikut:

- Berdasarkan bentuk bilah keris, ada dua jenis utama, yaitu keris lurus (sepukal) dan keris berkelok (berlok). Keris lurus memiliki bilah yang tidak berkelok-kelok, sedangkan keris berkelok memiliki bilah yang berkelok-kelok dengan jumlah kelok (luk) yang bervariasi. Jumlah kelok dapat menunjukkan asal atau fungsi keris. Misalnya, keris sempana memiliki 3, 5, atau 7 kelok dan biasanya digunakan sebagai alat kebesaran diraja. Keris cerita memiliki 9 sampai 15 kelok dan biasanya digunakan sebagai alat komunikasi antara manusia dengan alam semesta .

- Berdasarkan ukuran bilah keris, ada tiga jenis utama, yaitu keris panjang, keris pendek, dan keris pandak. Keris panjang memiliki bilah yang lebih panjang dari rata-rata (sekitar 40 cm atau lebih), sedangkan keris pendek memiliki bilah yang lebih pendek dari rata-rata (sekitar 20 cm atau kurang). Keris pandak adalah keris yang sangat pendek (sekitar 10 cm atau kurang) dan biasanya digunakan sebagai keris cadangan atau hiasan .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun