Hanfu adalah pakaian tradisional yang digunakan oleh orang Han, salah satu kelompok etnis utama di Tiongkok. Hanfu memiliki berbagai gaya dan bentuk, tergantung pada dinasti dan zaman sejarahnya. Hanfu biasanya terdiri dari dua bagian utama: yi (pakaian atas) dan shang (pakaian bawah). Yi memiliki lengan lebar dan panjang, sedangkan shang memiliki panjang kaki atau lutut. Yi dan shang biasanya disatukan dengan sarung tali yang sering dihias dengan batu permata. Hanfu juga memiliki aksesori seperti topi, kalung, gelang, dan anting-anting.
Hanfu berasal dari lebih dari 4.000 tahun yang lalu, ketika istri legendaris Kaisar Emas (2698–2598 SM) membuat pakaian dari sutra. Namun, tidak ada bukti arkeologis yang mendukung hal ini. Hanfu berkembang seiring dengan perubahan politik, sosial, budaya, dan teknologi di Tiongkok. Hanfu mencerminkan nilai-nilai Confucianisme dan ritualisme yang dijunjung tinggi oleh orang-orang Han.
Hanfu mulai dilarang pada awal Dinasti Qing (1644–1912), ketika bangsa Manchu menguasai Tiongkok. Banyak orang Han yang kehilangan akses ke pakaian tradisional mereka dan harus mengenakan pakaian modern yang dipengaruhi oleh budaya Eropa. Namun, beberapa orang Han tetap mempertahankan atau menghidupkan kembali gaya hanfu mereka sebagai bentuk identitas budaya.
Pada abad ke-20, hanfu mulai mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat luas di Tiongkok maupun dunia luar. Banyak orang Han yang tertarik untuk memakai hanfu sebagai hobi atau gaya hidup. Ada juga komunitas-komunitas hanfu yang berusaha untuk melestarikan dan mengembangkan hanfu sebagai bagian dari warisan budaya China.
Pelarangan Hanfu pada Dinasti Qing
Hanfu mengalami nasib buruk pada awal Dinasti Qing (1644–1912), ketika bangsa Manchu menguasai Tiongkok. Dinasti Qing melarang hanfu karena alasan politik dan budaya. Banyak orang Han yang kehilangan akses ke pakaian tradisional mereka dan harus mengenakan pakaian modern yang dipengaruhi oleh budaya Eropa. Pelarangan hanfu memiliki dampak yang besar bagi orang-orang Han, baik secara individu maupun kolektif.
Dinasti Qing adalah dinasti asing yang didirikan oleh orang Manchuria dari klan Aisin Gioro, yang menguasai Tiongkok setelah mengalahkan Dinasti Ming. Dinasti Qing ingin menciptakan identitas nasional yang kuat dan menyatukan seluruh bangsa Tiongkok, termasuk orang-orang Han yang sebelumnya memakai pakaian tradisional mereka.
Untuk mencapai tujuan ini, Dinasti Qing melakukan berbagai upaya, seperti mempromosikan gaya rambut dan pakaian Manchu sebagai simbol kebanggaan dan kekuasaan, melarang orang-orang Han untuk mengenakan hanfu atau pakaian lain yang dianggap sebagai tanda pengkhianatan atau penghinaan terhadap dinasti baru, dan membubarkan organisasi-organisasi sosial dan budaya yang berbasis pada hanfu, seperti komunitas-komunitas hanfu atau sekolah-sekolah hanfu.
Dinasti Qing juga menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk menekan orang-orang Han untuk menyerahkan hanfu mereka kepada pemerintah. Banyak orang Han yang dipaksa untuk memotong rambut mereka, mengubah penampilan mereka, atau bahkan dibunuh jika mereka tidak patuh. Pada tahun 1723, Dinasti Qing mengeluarkan peraturan resmi yang dikenal sebagai Tifayifu (剃剃髮易服), yang memaksa semua warga negara laki-laki untuk mengubah gaya rambut mereka menjadi rambut pendek dan berwarna hitam.
Pelarangan hanfu oleh dinasti Qing bertahan hingga akhir kekuasaan mereka pada tahun 1912. Setelah itu, orang-orang Han bebas untuk mengenakan pakaian tradisional mereka kembali, meskipun banyak yang sudah terbiasa dengan pakaian modern yang dipengaruhi oleh budaya Eropa.