Festival Gadhimai adalah sebuah festival Hindu yang diadakan setiap lima tahun sekali di Nepal, yang melibatkan persembahan hewan terbesar di dunia. Festival ini merupakan tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun, dan menarik jutaan peziarah dari Nepal dan India, yang membawa berbagai macam hewan, seperti kerbau, babi, kambing, ayam, dan merpati, untuk dikorbankan di kuil Gadhimai. Tujuan dari festival ini adalah untuk menyenangkan Dewi Gadhimai, dewi kekuasaan dalam agama Hindu, agar memberikan perlindungan, kemakmuran, dan kekuatan kepada para pengikutnya.
Namun, festival ini juga menimbulkan kontroversi dan protes dari berbagai pihak, termasuk aktivis hak hewan, tokoh agama, dan pemerintah. Mereka menganggap festival ini sebagai praktik kejam yang menyiksa dan membunuh hewan secara tidak perlu dan tidak bermoral. Mereka juga khawatir bahwa festival ini akan menyebabkan pencemaran udara, tanah, dan air akibat darah dan bangkai hewan yang dibuang sembarangan. Selain itu, mereka juga mengkhawatirkan risiko penyebaran penyakit menular yang dapat ditularkan oleh hewan yang sakit atau terinfeksi.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang festival Gadhimai, mulai dari sejarah, proses, dampak, hingga upaya-upaya untuk menghentikan atau mengurangi festival ini. Kita juga akan mencoba untuk memahami pandangan dan sikap masyarakat Nepal dan internasional terhadap festival ini, serta tantangan dan harapan yang dihadapi oleh mereka yang terlibat dalam festival ini.
Sejarah Festival Gadhimai
Festival Gadhimai bermula sekitar 265 tahun yang lalu, ketika seorang tuan tanah feodal bernama Bhagwan Chaudhary bermimpi bahwa ia akan dibebaskan dari penjara jika ia dapat melakukan persembahan darah kepada dewi Gadhimai, dewi kekuasaan dalam agama Hindu. Ia kemudian membangun sebuah kuil untuk dewi tersebut di Bariyapur, dan mulai mengorbankan hewan-hewan sebagai tanda penghormatan dan permohonan.
Tradisi ini kemudian diikuti oleh banyak orang, terutama masyarakat Madhesi, yang percaya bahwa festival Gadhimai dapat mengakhiri penderitaan, menghapus dosa, dan membawa kemakmuran bagi mereka. Festival ini diadakan setiap lima tahun sekali, dan menarik jutaan peziarah dari Nepal dan India, yang membawa berbagai macam hewan, seperti kerbau, babi, kambing, ayam, dan merpati, untuk dikorbankan di kuil Gadhimai.
Festival Gadhimai telah menjadi peristiwa persembahan hewan terbesar di dunia, atau salah satu yang terbesar. Diperkirakan 250.000 hewan dikorbankan selama festival Gadhimai tahun 2009. Festival ini juga telah menimbulkan kontroversi dan protes dari berbagai pihak, termasuk aktivis hak hewan, tokoh agama, dan pemerintah. Beberapa upaya telah dilakukan untuk menghentikan atau mengurangi festival ini, seperti dengan melakukan kampanye, edukasi, advokasi, dan penyitaan hewan. Namun, festival ini tetap berlangsung hingga saat ini, dengan persembahan hewan terakhir dilakukan pada tahun 2019.
Proses Festival Gadhimai
Festival Gadhimai berlangsung selama dua hari, yaitu pada bulan Kartik atau Mangsir dalam kalender Bikram Sambat, yang biasanya jatuh pada bulan November atau Desember dalam kalender Gregorian. Festival ini dimulai dengan upacara pembukaan yang disebut Pancha Bali, yang melibatkan persembahan lima hewan, yaitu seekor tikus, seekor ayam, seekor babi, seekor kambing, dan seekor kerbau, kepada dewi Gadhimai.
Setelah itu, barulah dimulai persembahan hewan secara massal, yang disebut Maha Dan, yang berlangsung selama satu hari penuh. Ribuan hewan, terutama kerbau, dibawa ke lapangan terbuka yang disebut Gadhimai Mela, yang berada di dekat kuil Gadhimai. Hewan-hewan tersebut kemudian dipotong lehernya dengan pedang atau kapak oleh para pembantai yang disebut Khukuri, yang merupakan sukarelawan yang dipilih oleh penyelenggara festival. Darah hewan-hewan tersebut kemudian mengalir ke tanah, yang diyakini sebagai persembahan kepada dewi Gadhimai.
Pada hari kedua, persembahan hewan dilanjutkan dengan hewan-hewan yang lebih kecil, seperti kambing, ayam, dan merpati, yang dibawa ke kuil Gadhimai. Hewan-hewan tersebut kemudian dipenggal atau dipotong lehernya oleh para peziarah di depan patung dewi Gadhimai. Darah hewan-hewan tersebut kemudian ditampung dalam wadah-wadah yang disebut Kalash, yang kemudian dituangkan ke patung dewi Gadhimai sebagai tanda penghormatan dan permohonan.