Zhuge Liang adalah salah satu tokoh sejarah yang paling terkenal dan dihormati di Tiongkok. Ia adalah seorang ahli strategi militer yang sangat berbakat dan cerdas, yang berhasil memimpin dan membantu kerajaan Shu Han dalam menghadapi dua negara saingannya, yaitu Wei dan Wu, pada periode Tiga Negara (220–280 M). Ia juga adalah seorang penemu, penulis, dan filsuf yang memiliki banyak prestasi dan pengaruh dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan budaya. Ia dianggap sebagai simbol ideal dari seorang sarjana pejuang yang menghormati alam, menjunjung tinggi moralitas, dan berusaha mencapai kesempurnaan diri.
Kehidupan Awal Zhuge Liang
Zhuge Liang lahir pada tahun 181 M di daerah Yangdu (sekarang Yinan, Shandong). Ia berasal dari keluarga sarjana yang memiliki tradisi ilmu pengetahuan dan militer. Ayahnya, Zhuge Gui, adalah seorang pejabat pemerintahan yang juga ahli dalam bidang astronomi dan matematika. Ibunya, Lady Huang, adalah seorang wanita yang berpendidikan dan berbudi luhur. Zhuge Liang memiliki dua adik laki-laki, yaitu Zhuge Jun dan Zhuge Jin.
Sejak kecil, Zhuge Liang sudah menunjukkan bakat dan minat yang besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra. Ia gemar membaca buku-buku klasik dan mempelajari berbagai ilmu, seperti geografi, astronomi, matematika, fisika, kimia, biologi, dan lain-lain. Ia juga mahir dalam menulis puisi dan esai. Ia dikenal sebagai seorang anak yang cerdas, rajin, dan sopan.
Ketika ayahnya meninggal pada tahun 197 M, Zhuge Liang menggantikan posisinya sebagai pejabat pemerintahan di daerah Nanyang (sekarang Henan). Namun, ia tidak betah dengan pekerjaan itu karena ia merasa bahwa pemerintahan saat itu sudah korup dan tidak efektif. Ia juga tidak suka dengan situasi politik dan sosial yang kacau akibat pemberontakan Serban Kuning dan ambisi Cao Cao. Ia lebih suka hidup menyendiri di sebuah pondok di tengah hutan di Longzhong (sekarang Xiangyang, Hubei), di mana ia dapat menekuni ilmu pengetahuan dan sastra tanpa gangguan.
Pertemuan dengan Liu Bei dan Pengabdian kepada Shu Han
Pada tahun 207 M, Zhuge Liang bertemu dengan Liu Bei, seorang penguasa daerah yang ingin menegakkan kembali Dinasti Han yang telah runtuh. Liu Bei adalah keturunan dari Kaisar Jing dari Dinasti Han (188–141 SM) dan memiliki ambisi untuk menyelamatkan rakyat dari penderitaan perang dan mengembalikan kejayaan Dinasti Han. Liu Bei mendengar bahwa Zhuge Liang adalah seorang sarjana yang sangat berbakat dalam bidang militer, politik, dan ilmu pengetahuan. Ia ingin merekrut Zhuge Liang sebagai penasihatnya untuk menghadapi Cao Cao yang mengancam wilayah barat daya yang dikuasai Liu Bei.
Namun, Zhuge Liang tidak mudah ditemui. Ia hidup menyendiri di sebuah pondok di tengah hutan dan lebih suka membaca buku daripada terlibat dalam urusan dunia. Liu Bei harus mengunjungi Zhuge Liang sebanyak tiga kali sebelum akhirnya bisa bertemu dengannya. Pada kunjungan pertama dan kedua, Zhuge Liang tidak ada di rumah karena sedang bepergian. Liu Bei hanya bisa berbicara dengan adik Zhuge Liang, Zhuge Jun, yang memberitahu Liu Bei bahwa kakaknya tidak tertarik dengan pekerjaan pemerintahan. Pada kunjungan ketiga, Zhuge Liang sedang tidur siang di dalam pondoknya. Liu Bei menunggu di luar dengan sabar sampai Zhuge Liang bangun.
Ketika Zhuge Liang akhirnya muncul, Liu Bei langsung menyampaikan maksudnya untuk meminta bantuan Zhuge Liang. Ia mengatakan bahwa ia ingin menyelamatkan rakyat dari penderitaan perang dan mengembalikan kejayaan Dinasti Han. Ia juga mengatakan bahwa ia sangat mengagumi kecerdasan dan kebijaksanaan Zhuge Liang dan berharap Zhuge Liang mau menjadi penasihatnya. Zhuge Liang awalnya ragu-ragu untuk menerima tawaran Liu Bei. Ia merasa bahwa Liu Bei tidak memiliki cukup kekuatan dan sumber daya untuk melawan Cao Cao. Ia juga merasa bahwa Sun Quan, penguasa daerah lain yang menguasai wilayah tenggara, adalah saingan yang berbahaya bagi Liu Bei.
Namun, setelah mendengar penjelasan dan permohonan Liu Bei dengan tulus dan penuh semangat, Zhuge Liang akhirnya tergerak hatinya. Ia melihat bahwa Liu Bei adalah seorang pemimpin yang berjiwa ksatria, berbudi luhur, dan peduli dengan rakyatnya. Ia juga melihat bahwa Liu Bei memiliki dua sahabat setia, Guan Yu dan Zhang Fei, yang bersedia mati untuk mendukung Liu Bei. Ia merasa bahwa Liu Bei adalah orang yang pantas untuk menjadi kaisar baru dari Dinasti Han. Ia pun bersedia menjadi penasihat Liu Bei dan membantunya mewujudkan cita-citanya.