Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalaluddin Rumi: Sufisme dan Cinta kepada Allah

27 September 2023   07:00 Diperbarui: 27 September 2023   07:05 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://rumibalkhi.com/wp-content/uploads/Maulana-Jalaluddin-Balkhi-Rumi.png

Jalaluddin Rumi adalah salah satu penyair dan sufi terbesar dalam sejarah Islam. Ia lahir pada tahun 1207 di Balkh, yang sekarang termasuk wilayah Afghanistan, dan meninggal pada tahun 1273 di Konya, yang sekarang termasuk wilayah Turki. Ia menulis banyak karya sastra dalam bahasa Persia, Turki, Arab, dan Yunani. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Masnawi, yang berisi kumpulan cerita-cerita yang mengandung ajaran-ajaran spiritual dan moral yang bersumber dari Al-Quran, hadis, dan cerita rakyat.

Puisi-puisi Rumi mengandung keindahan, kedalaman, dan kebijaksanaan spiritual. Ia sering membahas tema-tema tentang cinta, spiritualitas, dan pencarian akan kebenaran dan makna hidup. Rumi mengajarkan bahwa cinta adalah jalan menuju Allah, cinta adalah sumber kebahagiaan dan kesedihan, cinta adalah penghapus ego dan kebodohan, cinta adalah penghubung antara manusia dan alam, dan cinta adalah rahasia dari segala rahasia.

Rumi juga merupakan seorang sufi yang mendalami ilmu tasawuf, yaitu ilmu yang mengajarkan tentang cara mencapai kesempurnaan batin dan ketaatan kepada Allah dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya dan menjauhi hal-hal duniawi. Rumi berusaha untuk menyucikan hati, membaguskan akhlak, meningkatkan kualitas ibadah, menghadapi cobaan dan godaan dunia, serta mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang Jalaluddin Rumi: sufisme dan cinta kepada Allah. Kita akan melihat bagaimana Rumi menggabungkan dua hal tersebut dalam karya-karyanya yang luar biasa. Kita juga akan belajar tentang beberapa prinsip tasawuf yang diajarkan oleh Rumi dalam puisi-puisinya.

Bagaimana Rumi Menggabungkan Sufisme dan Cinta kepada Allah?

Rumi adalah seorang sufi yang sangat mencintai Allah. Ia menganggap Allah sebagai tujuan utama hidupnya. Ia juga menganggap Allah sebagai teman, sahabat, kekasih, dan pasangan hidupnya. Ia berbicara dengan Allah dengan bahasa cinta yang penuh dengan kerinduan, pengaguman, kekaguman, kesetiaan, pengabdian, dan pengorbanan.

Rumi juga adalah seorang penyair yang sangat mencintai puisi. Ia menganggap puisi sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaannya kepada Allah. Ia juga menganggap puisi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan Allah kepada manusia. Ia menulis puisi dengan bahasa yang indah, puitis, metaforis, simbolis, dan musikalis.

Rumi menggabungkan sufisme dan cinta kepada Allah dalam puisi-puisinya dengan cara yang sangat harmonis dan menakjubkan. Ia menggunakan puisi sebagai jembatan antara dirinya dan Allah, antara dunia nyata dan dunia gaib, antara hukum syariat dan hukum hakikat. Ia menggunakan puisi sebagai alat untuk menunjukkan keagungan Allah, keindahan alam ciptaan-Nya, keajaiban hidup manusia, serta kebenaran agama Islam.

Rumi juga menggunakan puisi sebagai alat untuk mengajak manusia untuk mencintai Allah dengan cara yang tulus dan ikhlas. Ia menggunakan puisi sebagai alat untuk menginspirasi manusia untuk mencari Allah dengan cara yang sabar dan tekun. Ia menggunakan puisi sebagai alat untuk memberikan nasihat, kritik, motivasi, dan hiburan kepada manusia.

Rumi menggabungkan sufisme dan cinta kepada Allah dalam puisi-puisinya dengan cara yang sangat kreatif dan inovatif. Ia menggunakan berbagai macam sumber, seperti Al-Quran, hadis, cerita rakyat, sejarah, filsafat, ilmu pengetahuan, seni, dan budaya. Ia menggunakan berbagai macam gaya, seperti sajak, pantun, syair, ghazal, rubaiyat, dan masnawi. Ia menggunakan berbagai macam teknik, seperti perbandingan, perumpamaan, sindiran, ironi, humor, dan paradoks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun