Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Festival Tengah Musim Gugur: Sebuah Perayaan Penuh Makna dan Tradisi

29 September 2023   05:00 Diperbarui: 29 September 2023   05:13 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Festival tengah musim gugur adalah salah satu festival terbesar dan terpenting bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. . Artikel ini sengaja dibuat untuk ikut merayakan festival bulan yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 15 bulan 8 kalender lunar, atau yang jatuh pada hari ini tanggal 29 September 2023 dalam kalender Gregorian. Festival ini juga dikenal dengan nama festival bulan, festival panen, atau festival kue bulan.

Festival tengah musim gugur memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan makna simbolis. Festival ini mencerminkan nilai-nilai dan kekayaan budaya Tionghoa yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. 

Festival ini juga menjadi kesempatan bagi orang-orang untuk bersyukur, bersenang-senang, dan bercengkrama dengan orang-orang terkasih.

Sejarah Festival Tengah Musim Gugur

Festival tengah musim gugur dimulai sekitar zaman Dinasti Xia dan Shang (2000-1600 SM), ketika rakyat merayakan dengan cara memuja bulan untuk meminta berkah atas hasil panen mereka. 

Pada zaman Dinasti Zhou (1046-256 SM), tradisi itu lebih jelas dan merakyat. Rakyat menganggap bulan sebagai dewi yang mengatur pertumbuhan tanaman, hewan, dan manusia.

Pada zaman Dinasti Tang (618-907 M), tradisi itu lebih populer dan meluas. Kaisar Tang Minghuang (712-756 M) adalah salah satu kaisar yang sangat mengagumi bulan. 

Ia sering mengadakan pesta di istana untuk menikmati pemandangan bulan bersama para pejabat, sastrawan, dan seniman. Ia juga memerintahkan rakyat untuk membangun altar di halaman rumah mereka untuk memuja bulan pada malam festival.

Pada zaman Dinasti Song Selatan (1127-1279 M), orang mulai mengirimkan kue bulan pada rekan dan famili sebagai simbol keutuhan keluarga. Kue bulan adalah penganan tradisional yang berbentuk bulat dan memiliki berbagai isi yang manis atau asin. 

Kue bulan kemudian berkembang menjadi simbol pemberontakan melawan Dinasti Yuan (1271-1368 M), yang didirikan oleh bangsa Mongol. Menurut legenda, para pemberontak menyelundupkan pesan rahasia di dalam kue bulan untuk mengkoordinasikan serangan mereka pada malam festival .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun