Subutai adalah salah satu nama yang mungkin tidak terlalu dikenal oleh banyak orang, tetapi ia adalah salah satu jenderal paling hebat dan berpengaruh dalam sejarah dunia. Ia adalah tangan kanan Genghis Khan, pendiri Kekaisaran Mongol, dan kemudian melayani putra dan penerusnya, Ogedei Khan. Ia memimpin lebih dari 20 kampanye militer dan memenangkan 65 pertempuran sengit, di mana ia menaklukkan atau mengalahkan lebih banyak wilayah daripada komandan lain dalam sejarah sebagai bagian dari perluasan Kekaisaran Mongol, kerajaan terbesar yang pernah ada dalam sejarah manusia. Ia sering memperoleh kemenangan dengan cara yang imajinatif dan canggih dan secara rutin mengoordinasikan gerakan tentara yang beroperasi ratusan kilometer terpisah satu sama lain. Subutai dikenal karena keragaman geografis dan kesuksesan ekspedisinya, yang membawanya dari Asia tengah ke dataran Rusia dan ke Eropa. Ia dianggap sebagai salah satu komandan militer dan ahli strategi terbesar dalam sejarah.
Latar Belakang Subutai
Subutai lahir sekitar tahun 1175, mungkin di sebelah barat sungai Onon di Mongolia. Beberapa sumber sejarah mengklaim bahwa ia berasal dari suku Uriankhai, suku penghuni hutan yang tidak dianggap sebagai suku Mongol. Sebagai anggota suku ini, Subutai tidak memiliki keterampilan menunggang kuda sejak lahir seperti semua orang Mongol. Namun, penelitian terbaru telah menyangkal narasi ini. Stephen Pow dan Jingjing Liao mencatat bahwa "...rasa ironi yang ditimbulkan dengan membayangkan bahwa jenderal terbesar Kekaisaran Mongol adalah seorang penggembala rusa luar dari budaya nomaden stepa memiliki daya tarik sastra yang kuat bagi penulis modern." Faktanya, keluarga Subutai telah berhubungan dengan keluarga Temujin (calon Genghis Khan) selama beberapa generasi. Buyut Subutai, Nerbi, diduga merupakan sekutu Khan Mongol Tumbina Sechen. Ayah Subutai, Jarchigudai, diduga menyediakan makanan kepada Temujin dan pengikutnya ketika mereka dalam kesulitan di danau Baljuna, dan kakak Subutai Jelme juga bertugas sebagai jenderal di tentara Mongol dan merupakan teman dekat Temujin. Jelme menyelamatkan Temujin yang terluka parah (terkena panah dari Jebe, saat itu musuh) dalam proses penyatuan dataran tinggi Mongolia. Saudara lainnya, Chaurkhan (juga ditulis sebagai Ca'urqan) disebutkan dalam Rahasia Sejarah Mongol.
Menurut biografi Subutai dalam Sejarah Yuan, ayah Subutai pernah menggiring kawanan domba untuk disajikan kepada tuannya, Taizu (Genghis Khan). Ketika ia melihat anaknya bermain-main dengan anak-anak lainnya di dekat sungai Onon, ia berkata kepada mereka: "Anak-anakku, kalian harus menjadi orang-orang yang berani seperti air sungai ini." Kemudian ia memberi nama anaknya Subutai, yang berarti "seperti air sungai" dalam bahasa Mongolia.
Karier Militer Subutai
Subutai bergabung dengan pasukan Genghis Khan ketika ia berusia 14 tahun. Karena masih terlalu muda untuk berperang, ia ditunjuk sebagai penjaga pintu Khan. Dalam posisi ini, Subutai mulai mempelajari seni perang Mongol. Sebagai penghuni hutan, Subutai tidak memiliki pengalaman menunggang kuda. Ia baru mulai mempelajarinya dari perwira Mongol tempat ia bekerja. Subutai juga diajari menggunakan busur dan kemudian menggabungkan kedua elemen tersebut.
Subutai menunjukkan bakatnya sebagai seorang prajurit dan pemimpin yang cerdas dan berani. Ia terlibat dalam banyak pertempuran penting, seperti Pertempuran Yehuling melawan Dinasti Jin, Pertempuran Kalka melawan Rus Kiev, dan Pertempuran Mohi melawan Kerajaan Hongaria. Ia juga memimpin invasi Mongol ke Eropa Timur, Tiongkok Selatan, dan Asia Barat Daya. Ia dikenal karena strateginya yang inovatif dan fleksibel, yang sering mengecoh dan menghancurkan musuh-musuhnya. Ia juga mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi geografis dan cuaca, serta memanfaatkan kekuatan dan kelemahan pasukannya.
Subutai adalah salah satu jenderal Mongol yang paling setia dan dapat diandalkan. Ia selalu taat kepada Genghis Khan dan Ogedei Khan, dan tidak pernah mencoba merebut kekuasaan atau kekayaan untuk dirinya sendiri. Ia juga menghormati dan bekerja sama dengan jenderal-jenderal lainnya, seperti Jebe, Batu, dan Mngke. Ia menganggap dirinya sebagai seorang prajurit yang sederhana, bukan seorang bangsawan atau penguasa. Ia meninggal pada tahun 1248, setelah pensiun dari dinas militer. Ia dimakamkan di dekat sungai Tuul di Mongolia, tempat ia lahir.
Warisan Subutai
Subutai adalah salah satu jenderal terbesar yang pernah hidup, tetapi ia tidak banyak dikenal oleh dunia. Ini mungkin karena ia tidak meninggalkan catatan tertulis tentang prestasinya, dan sejarah Mongol sering diabaikan atau dipandang negatif oleh sejarawan Barat. Namun, beberapa penulis modern telah mencoba menghidupkan kembali sosok Subutai dan memberinya penghargaan yang pantas. Misalnya, novelis sejarah Conn Iggulden menulis tentang Subutai dalam seri bukunya tentang Kekaisaran Mongol. Penulis militer Richard A. Gabriel juga menulis sebuah biografi tentang Subutai yang berjudul Subotai the Valiant: Genghis Khan's Greatest General.