- Kehormatan (Meiyo): Menjaga nama baik dan reputasi diri sendiri, keluarga, maupun organisasi yang diwakili. Tidak melakukan hal-hal yang dapat mencemarkan kehormatan diri atau orang lain. Bangga dengan identitas dan asal-usul diri, serta tidak meniru atau menyesuaikan diri dengan budaya lain secara berlebihan.
- Kesetiaan (Chugi): Setia dan loyal kepada keluarga, teman, atasan, maupun negara. Tidak mudah beralih haluan atau berkhianat karena godaan atau tekanan. Mendukung dan membela orang-orang yang dicintai atau dipercaya, serta tidak meninggalkan mereka di saat sulit.
- Kontrol Diri (Jisei): Mengendalikan emosi, pikiran, dan tubuh, serta tidak terpengaruh oleh nafsu, kemarahan, atau ketakutan. Menjaga keseimbangan dan ketenangan dalam segala situasi. Menyadari batas dan kemampuan diri, serta tidak berlebihan atau kurang dalam berbagai hal.
Penerapan Bushido
Prinsip-prinsip Bushido tidak hanya menjadi pedoman teoritis bagi para samurai, tetapi juga diterapkan dalam praktik sehari-hari. Para samurai dilatih sejak usia muda untuk mengasah keterampilan bertempur, meditasi, seni, dan ilmu pengetahuan. Mereka juga diajarkan untuk menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan dengan penuh keberanian dan ketabahan. Mereka juga diharuskan untuk mengabdi kepada tuannya dengan setia dan tanpa syarat, bahkan sampai rela mati jika diperlukan.
Salah satu contoh penerapan Bushido yang paling terkenal adalah ritual bunuh diri yang disebut seppuku atau harakiri. Ritual ini dilakukan oleh para samurai yang merasa telah gagal dalam menjalankan tugasnya, melanggar kode etiknya, atau kehilangan kehormatannya. Dengan melakukan seppuku, para samurai berharap dapat menebus kesalahannya dan mempertahankan martabatnya. Seppuku biasanya dilakukan dengan cara menusukkan pisau pendek ke perut, lalu memotongnya secara horizontal. Seorang rekan atau bawahan biasanya akan memenggal kepala si pelaku seppuku untuk mengakhiri penderitaannya.
Selain seppuku, ada juga praktik lain yang menunjukkan kesetiaan dan keberanian para samurai, yaitu ikada atau bunuh diri massal. Praktik ini dilakukan oleh para samurai yang tidak mau menyerah atau ditawan oleh musuh. Mereka akan membakar benteng atau kastil mereka, lalu melompat ke jurang atau sungai bersama-sama. Praktik ini dilakukan sebagai bentuk protes atau perlawanan terhadap musuh yang dianggap tidak pantas untuk dihadapi.
Pengaruh Bushido
Bushido tidak hanya mempengaruhi perilaku dan pemikiran para samurai, tetapi juga budaya Jepang secara umum. Nilai-nilai Bushido masih dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jepang, seperti:
- Etos kerja: Masyarakat Jepang dikenal sebagai pekerja keras yang disiplin, rajin, dan bertanggung jawab. Mereka juga menghormati atasan dan rekan kerja mereka, serta berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik.
- Seni bela diri: Banyak seni bela diri Jepang yang berasal dari tradisi samurai, seperti kendo, iaido, judo, aikido, karate, dan ninjutsu. Seni bela diri ini tidak hanya mengajarkan teknik bertempur, tetapi juga filosofi dan etika yang sesuai dengan Bushido.