Mohon tunggu...
Andri Willy
Andri Willy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Life is everything

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Konsep "TOMBAK" sebagai Upaya Memartabatkan Bahasa Indonesia

26 Mei 2021   15:05 Diperbarui: 26 Mei 2021   15:11 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Indonesia merupakan negara yang memiliki kurang lebih 17.491 pulau dengan warga yang tercatat sekitar 271.349.889 juta jiwa (Kemendagri), terdiri dari kalangan anak-anak, remaja hingga lanjut usia. Menurut Undang-Undang No. 40 tahun 2009 pemuda adalah warga negara yang berusia 16 sampai 30 tahun yang merupakan periode penting usia pertumbuhan dan perkembangan. Jika kita lihat hasil sunsenas tahun 2020, perkiraan jumlah pemuda di Indonesia yaitu hingga 64,50 juta jiwa atau hampir setara dengan seperempat dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia (23,86 persen).

Entah rasa cinta terhadap bangsa mereka berkurang atau memang trending yang mereka ketahui lebih menggiurkan dari pada budaya pelestarian bahasa nasioanal itu sendiri. Bahasa asing menjadi pilihan sebagian mereka untuk menunjukkan identitas diri dan eksistensi diri sehingga tak jarang mereka lebih memilih untuk menggunakan bahasa asing dibanding bahasa Indonesia itu sendiri. Hal tersebut juga sebagai personal branding yang mereka tunjukkan kepada publik agar terkesan modern dan "gaul".

Perkembangan ini menjadikan pemuda di Indonesia semakin malas dan ragu untuk mengembangkan bahasanya sendiri, mereka lebih berani dan percaya diri saat mereka menggunakan bahasa asing, padahal seharusnya yang menjadi kebanggan saat kita berbicara dengan bahasa kita. Kita seharusnya merasa malu karena penjajahan terhadap Indonesia sudah kembali dimulai melalui bahasa. Seiring majunya era globalisasi dan teknologi, maka tak kalah dengan industri yang sekarang sedang menjadi bahan obrolan bangsa ini, akan dibawa kemana dan bagaimana, itulah pertanyaannya.

Dendy Sugono, seorang Profesor Riset di Badan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pernah berkata "Bahasa memainkan peran dalam proses kreatif olah pikir, rasa, imajinasi dan renungan untuk memberikan nama, informasi atau iklan industri. Selain itu, merek dagang, petunjuk wisata dan lain sebagainya menggunakan medium bahasa Indonesia" ujarnya. Dikutip dari Intisari-Online.com

Melihat permasalahan yang ada, maka penulis menggagas sebuah konsep dengan akronim bertajuk "TOMBAK". Konsep ini terdiri dari enam kebiasaan baik dalam rangka membangun dan memartabatkan bahasa Indonesia di industri kreatif. Pertama, pada huruf T, tetap kuasai bahasa asing tanpa melupakan bahasa ibu. Kedua, huruf O, orientasikan setiap produk yang ada dengan tatanan bahasa yang baik dan benar. Ketiga, huruf M, mengajak masyarakat lainnya untuk senantiasa menggunakan produk lokal agar senantiasa terjaga budaya yang ada. Keempat, huruf B, bantulah dalam membudidayakan kearifan lokal. Kelima, huruf A, ayo kita kembangkan pemartabatan bahasa Indonesia melalui industri kreatif. Terakhir yaitu huruf K, kejar target tetap tidak melupakan hasil. Selain itu penulis juga mengajak untuk lebih sering berkreasi menggunakan bahasa kita dengan cara lain salah satunya sering-sering menulis dan membaca agar yang menjadi tujuan dan harapan segera terlatih dan terwujudkan.

Peran pemuda dalam meningkatkan bahasa melalui industri kreatif tidak terbatas hanya dengan bangga menggunakan produk Indonesia saja, perlu diimbangi dengan inovasi serta masukan terhadap hal tersebut. Juga jika mampu kita menjadi brand ambassador pada branding yang dimiliki oleh budaya Indonesia agar lebih dikenal serta lebih dicintai. Pemuda memiliki peranan penting pada sektor seperti ini, personal branding, pembuatan merek juga penikmat dan pengguna produk Indonesia sendiri untuk menunjang perkembangan serta pemartabatan bahasa di Indonesia.

Di abad ke-21 ini setiap pemuda wajib melek budaya juga kearifan lokal, dikarenakan maraknya pemuda yang mengikuti arus zaman bahkan budaya kebarat-baratan hampir sudah melekat pada jiwa setiap pemuda. Dengan berkembangnya zaman seharusnya berkembang juga budaya yang ada di Indonesia. Oleh karena itu pembangunan ini tentunya tidak akan kokoh dan sempurna tanpa adanya generasi pemuda yang senantiasa membantu memartabatkan budaya khususnya budaya berbahasa.

Jika dilihat dan diperhatikan, bukankah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah hal sepele? Namun nyatanya ini sangat penting bagi kita untuk senantiasa mempromosikan serta menjadikan budaya dan bahasa sebagai senjata tajam Indonesia dalam mengembangkan dan memartabatkan negara ini. Sehingga tidak ada istilah lagi "Indonesia telah dijajah melalui bahasanya" tapi yang ada "pemuda bangga menjadi pemartabat bangsa melalui bahasanya".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun