Mohon tunggu...
Andritayu Rph
Andritayu Rph Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Berat!"

6 Januari 2016   18:17 Diperbarui: 6 Januari 2016   18:32 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Identifikasi

  • Judul karya “Berat!”

  • Balon warna merah

  • Terdapat timbangan gantung manual dengan bahan kuningan dengan kapasitas 110kg

  • Terdapat tali ijuk

  • Pot berukuran 80x80cm dengan posisi miring 30 derajat

  • Sebuah tanaman puring

  • Tinggi karya ± 3 meter

  • Bertema Life Style

  • Dibuat tahun 2015

  • Terdapat Konsep “Udara segar, air bersih, dan tanah yang subur adalah sedikit dari banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pepohonan. Tetapi banyak yang kurang memperdulikannya terutama di perkotaan. Akibatnya banyak pepohonan yang tidak terawat bahkan mati. Melihat dari dampak hal tersebut, dirasa akan menjadi masalah yang berat jika tidak ada refleksi dari ketidakperdulian itu".

     

Background

  • Trotoar

  • Konblok

  • Pada bagian kanan dan kiri objek, bersebelahan dengan pot dan pohon di pinggir trotoar.

  • Objek karya terdapat di depan toko GLOBAL SUPER STORE PUSAT PONSEL RESMI BERGARANSI.

  • Terdapat di Jalan Pangeran Mangkubumi atau Jalan Margo Utomo.

  • Terdapat di pinggir bagian Barat jalan.

Deskripsi

Objek yang diambil adalah sebuah karya milik Indra Lesmana berjudul “Berat!”. Objek tersebut adalah salah satu karya yang dibuat dalam acara Jogja Street Sculpture Project : ANTAWACANA. Acara Jogja Street Sculpture Project tersebut berada di Jalan Pangeran Mangkubumi atau yang sekarang di kenal dengan nama Jalan Margo Utomo. Arah Tugu Yogyakarta ke Selatan. Karya yang dibuat oleh Indra Lesmana ini berbentuk sebuah balon yang berwarna merah dengan talinya menerbangkan sebuah timbangan gantung manual yang terbuat dari kuningan, dan sedang menimbang pot berwarna abu-abu yang berisi sebuah tanaman kecil dan tanah yang ditalikan ijuk. Karya ini terdapat di depan toko “Global Super Store Pusat Ponsel Resmi Bergaransi” yang terdapat di atas trotoar.

Karya ini terdapat di pinggir jalan sebelah Barat Jalan Pangeran Mangkubumi atau sekarang dikenal dengan nama Jalan Margo Utomo. Karya tersebut diletakan segaris dengan pohon-pohon yang berada di pinggir trotoar. Pot tanaman tersebut berukuran 80cmx80cm dengan posisi kemiringan ± 30 derajat. Tinggi karya ± 3 meter. Karya tersebut dibuat pada tahun 2015 bertema Life style dengan konsep “Udara segar, air bersih, dan tanah yang subur adalah sedikit dari banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pepohonan. Tetapi banyak yang kurang memperdulikannya terutama di perkotaan. Akibatnya banyak pepohonan yang tidak terawat bahkan mati. Melihat dari dampak hal tersebut, dirasa akan menjadi masalah yang berat jika tidak ada refleksi dari ketidakperdulian itu".

Peribahasa “Seperti timbangan berat sebelah” mencoba menggambarkan makna dari karya Indra Lesmana.

Makna

Kode Hermeneutik, mengajak orang berpikir, mencari jawaban atas teka – teki obyek yang diamatinya. Karya Indra Lesmana berjudul “Berat!” divisualisasikan dengan sebuah pot berisi tanah dan tumbuhan yang terangkat dengan sebuah balon, membuat orang bertanya – tanya bagaimana bisa karya tersebut diberi judul “Berat!”. Karya “Berat!” telah mengalami dekonstruksi, disimbolkan dengan sebuah pot beton, berisi tanah padat dan tanaman, diikat dengan tali ijuk, ditimbang tanpa beban, dan terangkat dengan sebuah balon, menimbulkan persepsi ringan dimata orang yang mengamatinya.

Kode Proarietik atau Kode Narasi, dituangkan dalam konsep karya “Udara segar, air bersih, dan tanah yang subur adalah sedikit dari banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pepohonan. Tetapi banyak yang kurang memperdulikannya terutama di perkotaan. Akibatnya banyak pepohonan yang tidak terawat bahkan mati. Melihat dari dampak hal tersebut, dirasa akan menjadi masalah yang berat jika tidak ada refleksi dari ketidakperdulian itu".

Melalui narasi tersebut perupa ingin mengajak audience untuk peduli terhadap pepohonan yang selama ini memberikan manfaat positif, khususnya di kawasan perkotaan. Maksud perupa di simbolkan dengan mudahnya sebuah pot dan tumbuhan terangkat ke udara, ringan, tanpa beban, menafsirkan mudahnya elemen pohong hilang, terangkat, tanpa ada yang menggantikan perannya lagi.

Kode Budaya merupakan ekspresi perupa atas suatu ilmu pengetahuan yang mencoba menggambarkan suatu keadaan pada periode masa tertentu. Masyarakat saat ini tidak terlalu peduli lagi akan pentingnya pohon bagi kehidupan mereka. Penghasil oksigen, penyedia air, dan penyubur tanah tidak lagi menjadi isu yang penting bagi masyarakat kota. Lebih dari itu, pohon sebagai pereduksi panas matahari, penyerap polusi, penahan banjir, serta pemberi manfaat baik yang lain tidak terlalu dihiraukan oleh masyarakat kota.

Notasi timbangan berada di ujung kiri, menunjuk angka nol disaat tali ijuk terbentang tegang menahan beban pot beton berisi tanah dan pohon Puring setinggi kurang lebih 60cm, seolah pot dan tanaman tersebut tidak berarti apa – apa, tidak berat, semakin ringan saat timbangan tersebut terangkat dengan sebuah balon kecil berisi udara. Hal ini seolah ingin menunjukkan kehadiran pot dengan tanaman hias yang ada di kota Jogja saat ini seolah hanya sebagai hiasan saja, memberikan sedikit manfaat saja dibandingkan dengan kompleksnya aspek kehidupan perkotaan yang harus dihadapi saat ini.

Kode Semantik merupakan konotasi dari orang, tempat, atau obyek yang diwakili oleh sebuah karakter (sifat, atribut, predikat). Karya “Berat!” terletak di sisi barat jalan Mangkubumi Yogyakarta. Kawasan Mangkubumi yang menjadi bagian dari sumbu imajiner Laut Selatan – Merapi, berkarakter kuat, utama, seolah kehilangan karakternya. Karakternya “terangkat” dengan “ringan”, kehilangan citranya sebagai kawasan bercitra sejarah dan digantikan oleh hotel – hotel modern. Kawasan yang pernah menjadi kawasan fundamental bagi sejarah Yogyakarta, sekarang menjadi “nol” kehilangan kisah sejarahnya yang “berat”.

Kode Simbolik dihadirkan dengan penekanan dua unsur yang berbeda. Balon berisi udara mampu mengangkat pot beton berisi tanah, jelas dua unsur yang berbeda. Sebuah simbolisasi yang mencoba menekankan perubahan jaman yang dipengaruhi bergulirnya waktu. Aspek – aspek fundamental, Yogyakarta yang aman, nyaman, dan ramah, semakin “ringan”, “nol”, terangkat oleh merahnya “balon” yang terbang mengikuti angin tanpa arah yang jelas.

Tetapi masih tersisa sedikit bagian ujung pot yang menyentuh “tanah” Yogyakarta. Masih ada harapan mengembalikan “pot” ke posisi yang benar. Tanaman Puring ibarat segelintir masyarakat Yogyakarta yang masih peduli terhadap Yogyakarta, yang mencoba mengembalikan Yogyakarta ke “posisinya” sebagai daerah yang nyaman bagi siapa saja.

Pot “beton”, dapat merepresentasikan Yogyakarta sebagai wilayah dan sebagai wadah bagi masyarakat yang tinggal didalamnya. “Beton” merefleksikan nilai – nilai filosofi Yogyakarta yang begitu solid, kuat, dan kompleks dengan segala norma – norma dasar yang ditanamkan sejak Yogyakarta terbentuk.

Tanaman Puring memiliki warna kuning, merah, dan hijau, seolah merepresentasikan warna filosofis Keraton Yogyakarta. Secara filosofis, warna kuning melambangkan keluhuran yang diwakili oleh Sri Sultan Hamengku Buwono pertama hingga sepuluh, masyarakat meyakini bahwa sabda titah raja adalah untuk kemakmuran rakyatnya.

Warna merah melambangkan keberanian, keberanian masyarakat Yogyakarta bersama Raja melawan pemberontakan Belanda, melambangkan pendirian yang teguh masyarakat Yogyakarta untuk mendukung Daerah Istimewa Yogyakarta tetap Istimewa. Warna hijau melambangkan kemakmuran, kenyamanan masyarakat Yogyakarta yang tinggal didalamnya, setiap elemen masyarakat saling menghargai, menciptakan kemakmuran antar sesama masyarakat.

Timbangan gantung, berwarna kuning keemasan, menunjukkan angka nol. Secara filosofi warna kuning keemasan melambangkan keluhuran. Simbol timbangan yang menunjukkan angka nol mencoba merepresentasikan nilai keluhuran Yogyakarta selama ini seolah tidak lagi berharga.

Balon, identik dengan perayaan, melambangkan masyarakat Yogyakarta yang “merayakan” era modern di kota Yogyakarta. Balon terbang mengikuti angin, membawanya entah kemana, menimbulkan persepsi masyarakat Yogyakarta yang mengikuti arus modern tanpa mengetahui “akhir perjalanannya”. Perkembangan hotel, pusat perbelanjaan dan bangunan komersil lain adalah bukti “balon yang terbang terbawa angin”.

Tanaman Puring (masyarakat Yogyakarta) harus mampu berakar, bertambah besar, dan bertambah berat untuk mengembalikan Yogyakarta yang “terbang” terbawa angin yang belum pasti arahnya.

 

Kesimpulan

Dekonstruksi yang terjadi pada obyek ini mengantar pengamat menuju cara pandang yang semakin mendalam tentang arti karya tersebut. Kode – kode yang dipakai dapat terus menuntun pengamat kearah yang lebih mendalam tentang arti sebuah karya.

“Berat!” tidak lagi terlihat berat, tetapi lebih bermakna tentang aspek sosial dan budaya masyarakat yang semakin hilang. Pot tidak hanya dianggap sebagai tempat bagi tanaman melainkan lebih sebagai “wadah”, tempat bagi aspek aspek dasar yang ada di Yogyakarta yang harus dipertahankan. Tanaman puring kiranya tidak hanya sekedar menjadi tanaman penghias, tetapi lebih berarti masyarakat yang harus semakin bertumbuh untuk memperkuat Yogyakarta.

Timbangan yang melambangkan keluhuran harus mampu menyeimbangkan, memiliki “bobot” agar nilai filosofis masyarakat Yogyakarta mampu berdiri seimbang dengan arus angin modern.

Udara segar, penyedia air, dan tanah yang subur sesungguhnya adalah cermin Yogyakarta yang nyaman untuk ditinggali masyarakat. Tetapi masyarakat saat ini semakin tidak peduli, menjadikan masyarakat lain tidak nyaman.

Balon merah, bulat, berada di atas, seolah menggambarkan para pengambil keputusan yang terus mengikuti “angin” perubahan jaman, mencoba membawa “pot” Yogyakarta ke arah yang tidak jelas.

 

Sumber

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun