Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arus Zaman

3 September 2016   05:22 Diperbarui: 3 September 2016   07:06 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sekian banyak barang-barang milik paman. Yang paling membuat ku berdecak kagum adalah harmonika miliknya. Aku pernah punya harmonika. Membelinya di toko mainan saat lebaran. Alat musik tiup yang kubeli itu terbuat dari kaleng. Memang suaranya memiliki nada namun sayangnya tak bertahan lama karena dimakan karat.

Harmonika milik Paman sangat panjang. Dua kali panjang harmonika kaleng miliku. Warnanya biru metalik dan silver pada bagian lubang-lubang yang ditiup. Di simpan di dalam kotak kayu penuh ukiran. Sungguh amat cantik.

Aku menggenggamnya. Alat musik itu terasa begitu meyakinkan saat di pegang. Bulu kuduk ku merinding saat meniupnya. Suaranya begitu merdu. Beda sekali dengan harmonika kaleng ku yang cempreng.

***           

Beberapa tahun setelah aku lulus sekolah dasar, paman dirumahkan dari pabrik tempatnya bekerja. Saat itu sekitar tahun 1998. Aku tak tahu kenapa bisa demikian. Kata ibu paman diPHK karena hanya berijazah STM. Tapi kalau memang benar demikian kenapa ayahnya Aldo yang bergelar sarjanapun turut berhenti bekerja. Aldo sendiri yang cerita padaku. Dari beberapa berita yang kudengar, ternyata saat itu memang banyak pabrk-pabrik yang bangkrut akibat krisis.

Zaman sekarang orang bilang bekerja itu minimal harus memiliki ijazah sarjana. Terlebih setelah terjadinya krisis persaingan dunia kerja menjadi begitu sengit. Aku sempat bertanya kepada ibu, kenapa paman Martin tidak sekolah lagi. Faktor usia yang sudah tidak memungkinkan begitu jawabnya. Setelahnya paman Martin memang lebih banyak di rumah. Kadang nongkrong bersama teman-temannya di warung kopi.

Kata ibu aku harus sekolah setinggi-tingginya jika tidak ingin tergerus arus perubahan zaman. Saat ini dunia berubah dengan sangat cepat, begitu yang kudengar dari pembaca berita di televisi. Hanya pendidikan tinggi disertai dengan keterampilan yang mengikuti perkembangan yang mampu membuat manusia modern bertahan.

***

Di mana-mana macet. Setiap hari kendaraan bertambah memenuhi jalan. Tidak hanya di Jakarta, di Kota-kota satelit yang menjadi penyokong ibu kota pun kondisinya tak jauh berbeda. Di waktu-waktu sekarang ini alat transportasi umum yang paling efektif dan efisien hanyalah kereta listrik. Moda transportasi itu kini menjadi andalanku setiap kali berangkat ke kantor untuk bekerja.

Persoalannya aku masih harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke lokasi stasiun terdekat. Tidak mungkin menggunakan mobil pribadi apalagi angkutan umum. Karena pagi-pagi sekali jalanan sudah dipenuhi dengan kendaraan-kendaraan yang berlomba-lomba menuju ibu kota.

Itulah sebabnya aku lebih memilih untuk menggunakan jasa antar jemput ke stasiun menggunakan sepeda motor. Lebih praktis untuk menghindari kemacetan yang sudah dalam kondisi kronis itu. Aku sangat terbantu dengan adanya jasa angkutan tersebut. Bahkan sekarang sudah tersedia layanan jasa angkutan on line lengkap dengan aplikasinya. Bisa dipesan di mana dan kapan saja melalui handphone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun