Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Robohnya Mushola Kami

1 Desember 2015   14:01 Diperbarui: 1 Desember 2015   20:11 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dayat keberatan dengan permintaan Mansur. Ia tidak bisa memenuhinya. Pada Mansur ia mengatakan kalau sudah lama tidak berlatih. Kemerduan suaranya juga sudah memudar. Namun Mansur tetap memaksa pada Dayat. Ia bilang tak ada lagi orang dengan bacaan sebagus dirinya di desa ini. Sedangkan untuk memanggil Qori panitia tidak ada biaya. Akhirnya setelah mendengar penjelasan Mansur, dengan berat hati Dayatpun mengamini permintaan tersebut.

***

Pelaksanaan acara maulid Nabi telah tiba pada harinya. Berdasarkan jadwal, seharusnya acara sudah dibuka pada pukul sepuluh pagi. Namun sudah lewat setengah jam dari waktu yang dijadwalkan, acara belum juga dimulai.

Beberapa warga desa yang kebanyakan terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu sudah terlihat menempati kursi-kursi plastik yang disusun berjajar di halaman mushola. Pak Ustad Zaenal juga telah hadir mengisi tempat duduk yang disediakan khusus oleh panitia. Sepiring kue basah dan aqua gelas menemaninya di atas meja.

Mansur sudah keringat dingin. Ia belum melihat batang hidung Dayat maupun pak Marto. Sedangkan para hadirin sudah terlihat mengipas-ngipas wajah mereka dengan tangan. Sesekali mereka juga saling bertukar bisikan. Meskipun jauh dan tak terdengar, namun Mansur dengan jelas dapat menangkap isi dari bisikan tersebut.

Mansur menitipkan kertas susunan acara pada Udin yang sedang sibuk menyambut kedatangan warga. Lalu ia meminta Gofur untuk mencari Dayat di rumahnya. Barangkali ia lupa, teriak Mansur. Pada beberapa warga yang baru datang ia bertanya tentang keberadaan pak Marto. Namun kebanyakan menggeleng tidak tahu.

Dengan pikiran kalut Mansur lantas bergegas mencari pak Marto di rumahnya. Dengan sepeda motor milik Udin ia menyusuri jalan desa yang belum lama dilapisi aspal. Ditengah perjalanan Mansur berpapasan dengan pak Marto yang sedang mengendarai Vespanya menuju mushola. Pak Marto berhenti, Mansur memutar balik arah.

“pak Marto dari mana saja?!” tanya Mansur dengan raut wajah hampir menangis

“maaf-maaf Surr..! saya baru saja ngurus dokumen tanah mushola di kecamatan”

“memangnya kenapa pak dengan tanah mushola?!”

“sebentar lagi kan mau di gusur! Buat jalan Tol surr..!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun