Mohon tunggu...
Andri Samudra Siahaan
Andri Samudra Siahaan Mohon Tunggu... Petani - Menulis salah satu metode perjuangan.

Petani dan Peternak, Alumni Teknologi Hasil Pertanian andrishn85@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Terjebak Elegi Saham Farmasi

19 Januari 2021   22:31 Diperbarui: 19 Januari 2021   22:33 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi IHSG(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG) Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Program vaksinasi yang dilakukan pemerintah sepertinya menjadi sebuah isu yang cukup kuat akhir-akhir ini. Ada sebuah harapan baru untuk pertumbuhan ekonomi dengan program pemerintah tersebut. 

Isu ini pulalah yang dipakai oleh beberapa pihak untuk menggoreng saham farmasi agar dapat  meningkat dengan sangat cepat.  Disisi lain ternyata tidak sedikit  juga orang-orang  berusaha untuk mengambil keuntungan  dari trend penguatan saham-saham farmasi yang seketika meroket. 

Saat ini trend berinvestasi saham sepertinya benar-benar meningkat dan didominasi oleh para coronanial (Para investor milenial pada masa pandemi corona). Sayangnya para investor-investor baru ini tidak mengisi dirinya dengan pengetahuan dalam berinvestasi saham, dan terjebak mindset ingin  cepat kaya melalui saham.

Kebanyakan  Coronanial ini mengikuti trend saham yang terus meningkat dengan pesat tampa perhitungan dan perencanaan yang tepat. Mungkin juga  karena hanya mengikuti para influencer di media sosial. Alhasil tidak sedikit para coronanial terjebak di beberapa saham farmasi ketika harga berada dipuncak. Hal ini tentu mengingatkan saya kepada sebuah quote yang saya pernah buat ditulisan sebelumnya.

Dokpri
Dokpri
Sedikit miris melihat beberapa postingan dimedia sosial instagram, yang menunjukkan beberapa orang menggunakan uang panas untuk memperoleh keuntungan dari saham farmasi. Ada yang menggunakan uang arisan, uang kuliah dan dana pinjaman untuk berinvestasi dan berakhir pada kerugian besar  karena saham-saham tersebut malah  jatuh dan ARB( Auto Reject Bawah) berkali-kali sejak Jokowi divaksin.

Berinvestasi saham tanpa pengetahuan yang baik hanya akan menimbulkan kerugian bagi para Investor saham, apalagi dengan semakin banyaknya para influencer yang melakukan pompom untuk menaikkan harga saham yang telah mereka miliki. Cara terbaik adalah melakukan analisa sendiri dan melakukan eksekusi sendiri dengan tetap memperhitungkan kerugian yang dapat ditanggung.

Salah satu opsi yang paling tidak populer dalam trading atau investasi saham adalah Stop Loss. Bagi beberapa orang stop loss itu mungkin tidak penting di dalam trading saham karena tidak adanya margin call dipasar saham, akan tetapi opsi ini menjadi sebuah kunci dalam membatasi kerugian  ketika berinvestasi. Ingat !! tidak semua saham di market itu sehat dan banyak juga yang tergolong dalam kategori gorengan.

Apa yang terjadi dengan saham-saham farmasi pada hakekatnya menjadi sebuah pelajaran keras bagi para coronanial yang tergantung di puncak dan tidak bisa keluar karena ARB berkali-kali. Stop loss adalah sebuah opsi yang sulit tapi merupakan pengaman bagi kita agar tetap bisa survive dibursa saham, Karena itu memasang stoploss adalah sebuah kewajiban.

Tidak hanya sampai disana, opsi stoploss sebenarnya juga membantu kita agar dapat melindungi keuntungan  ketika harga saham mengalami penurunan tiba-tiba ketika berada pada posisi untung. Seorang investor yang baik tentu harus memiliki money management yang baik karena menyadari keuntungan dan kerugian adalah sebuah keniscayaan dalam perdagangan. Kemampuan kita dalam memanage keuntungan lebih besar dari kerugian adalah kunci utama dalam trading ataupun berinvestasi.

Saya juga  ingat seorang influencer (Bang Argha)  yang mengatakan jika bursa saham adalah tempat kita mengadu pintar dan  kecerdasan dalam bertahan. Oleh karena itu  kita harus terus membekali dan mengupgrade pengetahuan kita sebelum memilih untuk terjun kesana. Satu hal yang pasti adalah tidak mengandalkan analisa dan pengetahuan orang lain,  karena setiap orang yang ada didalam bursa saham adalah lawan dimana hukum rimba selalu berlaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun