Mohon tunggu...
Andri Samudra Siahaan
Andri Samudra Siahaan Mohon Tunggu... Petani - Menulis salah satu metode perjuangan.

Petani dan Peternak, Alumni Teknologi Hasil Pertanian andrishn85@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Paramedis: #IndonesiaTerserah, Suka-suka Kalian Aja

16 Mei 2020   19:29 Diperbarui: 16 Mei 2020   23:26 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumlah pasien covid-19 terus bertambah dari hari kehari. Masyarakat sepertinya bukan malah makin waspada dengan informasi penambahan kasus yang rutin diumumkan oleh badan percepatan penanganan covid-19. Masyarakat kita sepertinya tidak  peduli akan informasi penyebaran wabah ini.

Ketika aturan psbb dilaksanakan dibeberapa zona merah, kita malah mendengar berbagai pelanggaran dilakukan oleh masyarakat. Protokol kesehatan yang disosialisasikan diberbagai media cetak dan elektronik pun seperti tidak diindahkan. Kita masih melihat berbagai orang yang keluar rumah tanpa menggunakan masker yang merupakan salah satu protokol pencegahan penyebaran Covid-19.

Seorang teman bercerita ketika merasa sudah sangat jenuh ketika harus merawat pasien covid 19 yang tidak kunjung habis.  "Masyarakat kok gak mau ikuti protokol kesehatan ya?" Ucapnya kesal. "Apa mereka gak tau betapa lelahnya memakai  baju savety ini. Makan dan minum harus ditahan selama menggunakan baju hazard hingga shift selesai. Belum lagi harus menahan panas dan gerah ketika memakai pakaian safety ini. Mau kebelakang aja harus ditahan dan terkadang di akali dengan menggunakan pampers karena sekali melepaskan baju safety  harus melalui beberapa tahapan sterilisasi" 

@jkmulyanto
@jkmulyanto

Sebagai seorang teman yang baik tentu saya cuma bisa terdiam mendengar keluh kesahnya hampir 1 jam melalui gawai. Belum lagi ketika Ia bercerita ada pasien yang tidak jujur dengan riwayat perjalanan  kesehatannya sehingga ketika sudah ketauan 1 ruangan tempat pasien tersebut dirawat statusnya naik menjadi PDP dan perawat yang bertugas menjadi ODP.

Sepertinya batas kesabaran dari para tenaga medis kita sudah pada puncaknya. Bukan ingin lari dari tanggung jawab profesi tetapi ada rasa kesal dihati mereka.

Bagaimana tidak? ketika mereka berjuang merawat para pasien di ruang isolasi dengan mengenakan APD yang sangat menyiksa, Mereka melihat warga yang tetap saja keluar rumah dan melanggar protokol kesehatan yang telah pemerintah tetapkan.  Alhasil penambahan pasien tertular virus Corona pun konsisten meningkat dan korban tenaga medis pun terus  berjatuhan. 

Hati siapa yang tidak tercabik-cabik ketika warga yang mereka ingin perjuangkan malah tidak peduli, malahan ketika korban jatuh dari tenaga medis jenasahnya pun pernah ditolak. Rasa kesal yang disampaikan sahabat saya pun terbukti dengan viralnya #IndonesiaTerserah. Sebuah Hastag yang sepertinya mengungkapkan kekesalan para tenaga medis kita saat ini.  

Rasa kesal yang muncul karena beberapa kebijakan pemerintah yang tumpang tindih yang tidak mencerminkan usaha yang serius dalam penangangan pandemi Covid-19.

Sebut saja tentang ide pelonggaran PSBB yang mengijinkan orang berusia dibawah 45 tahun bisa beraktivitas padahal saat PSBB diterapkan saja terjadi banyak pelanggaran bagaimana jika sudah dilonggarkan?. Kemudian bagaimana kebijakan pembukaan bandara udara ketika aturan pelarangan mudik telah diberlakukan ? Hey  ada apa ini ? Dilarang Mudik... Tapi Boong Yaa...

Kekecewaan terhadap masyarakat pun sepertinya juga menjadi salah satu pemicu. Ketika PSBB diterapkan banyak pelanggaran yang ditemukan. Lihat saja disekitar kita masih banyak terlihat kumpulan warga dalam jumlah besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun