Tekanan demi tekanan yang dihadapi oleh Edy Rahmayadi sejak menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara sepertinya sedikit menggoyahkan Edy, yang sering dijuluki Ayah oleh warga Sumut ( akibat sering konferensi perss menyebut warga anak-anakku).
Sebagai seorang Gubernur, Edy sangat memahami jika memimpin Sumatera Utara tidaklah mudah. Proses Pilkada yang dilaluinya saja sangat keras, ketika melawan pasangan Djarot Sihar yang bisa dikatakan berkelas nasional. Kemudian setelah menang Ia pun harus menghadapi kerasnya watak warga Sumut.
Sebagai warga saya tentu harus memberi apresiasi yang baik untuk Ayah. Sebagai seorang panglima Kostrad yang hidup dalam disiplin yang tinggi dengan pencapaian prestasi yang luarbiasa didunia militer Edy cenderung menunjukakan jiwa kesatrianya ketika dibully oleh warganya sendiri.
Begitulah sumut, bicara benar saja bisa berubah arti, apalagi bicara salah. Saya sendiri memandang ini efek yang sama dengan apa yang terjadi di Ibukota Jakarta. Edi saat ini menjadi pusat perhatian dari para pendukung Djarot-Sihar. Jadi wajar saja setiap kebijakannya akan selalu mendapat kritik keras apabila sudah menyimpang.Â
Tapi alangkah sayangnya  ketika pernyataan Ayah sering dibelokkan atau disalahartikan kemudian disebarkan dan menjadi viral. Tanpa kita sadari yang terjadi malah menghambat kinerja Edy Rahmayadi sebagai seorang Gubernur.
Wajar  jika Edy Rahmayadi sedikit Baper  dalam pertemuan dengan pengurus PWI Sumut hingga mengatakan dirinya Gubernur Salah Musim. Sebuah emosi yang terlepas yang mungkin saja karena stres yang tinggi pada masa saat ini.Â
Berbagai cercaan telah  Ayah Edy terima  sejak telah terpilih menjadi gubernur sumut hingga  julukan-julukan aneh pun bermunculan, tetapi  tidak sekalipun Ia  mengadakan pengaduan terhadap para penyebar hoax tentang dirinya,  sepertinya kebebasan dalam menyampaikan pendapat sangat dihargainya.Â
Dalam pertemuan dengan pengurus PWI Sumut di Medan Edy sempat menyampaikan keluh kesahnya. "Dananya Rp 1,5 triliun. Ini yang saya di-bully nggak selesai-selesai ini. Gubernur seenaknya pakai uang Rp 1,5 triliun. Tapi ya sudahlah biarkan saja,"Â
Kemudian beliau bercerita tentang permasalahan 11 ribu guru honorer yang terkena dampak akibat pandemi virus corona.
"Saudara-saudaraku, ada jumlahnya 11 ribu guru honorer kalau tak ngajar tak dapat duit dia. Kepalaku denyut gitu, 11 ribu. Sepertinya aku 'gubernur salah musim', tapi insyaallah berkah. Semua harus kita pikirin ini, Saudara-saudara," ucapnya (HarianSIB).
Dalam situasi saat ini sepertinya kita  harus saling bahu membahu. Tidak ada lagi gunanya kita mengingat permasalahan perbedaan yang telah terjadi akibat pilkada Sumut kemarin. Saat ini masyarakat Sumatera Utara harus bersatu melawan pandemi Covid 19 dibawah kepemimpinan Edy Rahmayadi.