Mohon tunggu...
Andri Saleh
Andri Saleh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aku bukanlah siapa-siapa, hanyalah seorang lelaki 32 tahun, suami dari seorang istri, bapak dari dua anak. Aku pun bukan seorang penyair, hanyalah seorang pemimpi yang menuliskan mimpi-mimpinya dalam bentuk coretan di atas kertas :-)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Teh Celup

19 Oktober 2012   00:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:40 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1350605968594534916

[caption id="attachment_204837" align="alignleft" width="300" caption="kuliner.depoklik.com"][/caption] Panyabungan, 18 Oktober 2012. Kawan, pernahkah membaca novel "Cinta Di Dalam Gelas" karya Andrea Hirata? Atau "Filosofi Kopi" karya Dewi Lestari? Unik. Itu yang terlintas dalam pikiranku. Bayangkan saja, hanya dari secangkir kopi begitu banyak nilai yang diambil. Malah, dijadikan sebagai filosofi hidup. Kebetulan, aku sendiri tak begitu suka kopi. Mungkin hanya sesekali saja aku meneguk minuman berwarna hitam pekat itu. Ketika lembur, ketika kedinginan, atau ketika sedang memikirkan sesuatu yang berat. Karena itulah, aku berusaha mencari filosofi dari minuman yang lain. Teh celup. Ya, filosofi dari teh celup, kawan.

***

Orang bilang, karakter seseorang itu bisa dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Seseorang bisa menjadi baik ketika berada di lingkungan yang baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang bisa menjadi buruk ketika berada di lingkungan yang buruk. Ini benar, sama sekali tidak ada yang salah. Tapi, bagaimana jika analoginya dibalik? Bisakah karakter seseorang mengubah keadaan lingkungannya? Aku pikir, sangat bisa. Selama seseorang itu mempunyai prinsip hidup yang kuat dan memegang teguh komitmen, ia mempunyai potensi untuk mengubah lingkungan di sekitarnya. Entah itu lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah/kampus, atau lingkungan tempat kerja. Ini adalah filosofi teh celup. Coba perhatikan ketika sekantong teh celup dimasukkan ke dalam segelas air panas. Dalam sekejap, kantong teh celup memang ikut terbawa panas. Namun, dalam hitungan detik ia bereaksi. Ia mengubah air panas di dalam gelas menjadi berwarna cokelat bening. Tidak hanya warna, tapi juga aroma. Aroma yang khas. Sungguh luar biasa, bukan?

***

Hmmm. Maaf jika filosofi ini terkesan asal-asalan. Maklum saja, kawan. Ini semua adalah hasil renungan sesaat setelah aku terbangun dari tidurku. Jam 03.00 WIB dini hari tadi.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun