Mohon tunggu...
Andrie Enrique Ayyas Camarena
Andrie Enrique Ayyas Camarena Mohon Tunggu... pegawai negeri -

aku hanyalah lelaki gila yang menjadi gila dengan kata-kata dan bukan siapa-siapa http://andrieenriqueayyascamarena. blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Opera Kembang Kertas

15 Februari 2014   17:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

syair ini
kutulis berulangulang di kembang kertas
sebelum gelap menyalakan perapian di air matanya
kembang yang tumbuh di puncak langit dan
jatuh cinta pada seorang penyair
hingga matahari dan bulan tak bersinar
angin yang mengembara, bernafas di antara awan
kuteguk, kutarik gemuruh hujan dari kilatan petir pujangga:
membawa kisah cinta di telapak kakimu, menjadi teman tidur
yang menggesekgesek bulu mata


petikan  tubuh puisi
di bawah bayangan bintangbintang
memantulkan suara tenor nan merdu
bersenandung malumalu untukmu
oh, kekasih


o, gadis cantik, o wajah nan menawan
bermandikan cahaya rembulan nan lembut
oh cinta, hanya engkau yang memerintah
oh, alangkah manis pujianmu, menyusup ke hatiku
hanya engkaulah cinta, yang memerintah


aku hanya ingin menyendiri, mengenangmu
berziarah di nisanmu, yang membentang dari timur sampai barat senja
sebagai obat penawar rindu
oh, si pipi merah jambu
biarkan semutsemut api tertegun dan cemburu
saat kugandeng tanganmu, menuju opera latin
yang membuka semua pintu tamannya
duduk di antara penonton, memandang dan mereguk madu kasihmu
pada jiwa nan sepi:
bungabunga akan merayu kupukupu, menyebarkan racun asmara
untuk menusuk purnama yang membujur di pahamu


denting piano yang berombak
adalah katakata bermahkota di kepalamu
untuk mengantarkan memori kecil, hingga mati:
malam ini, ingin kekecup bibirmu
sebelum rantingranting pohon
mengubah lampu jalanan menjadi halimun sunyi

Padepokan Halimun, 13 Juni 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun