Saya baru memahami, setelah menyaksikan acara Face 2 Face Desi Anwar di Metro TV, ketika ia mengunjungi Turki. Disamping ia jalan-jalan menyusuri kota "Bynzantium" itu, ia juga mewawancarai presiden Turki, Abdullah Gül, dan menanyakan banyak hal. Mulai dari masalah nasional Turki seperti sekularisme, sampai ke masalah internasional seperti hubungan bilateral Turki dengan Indonesia, Israel yang terkait dengan kasus kapal Mavi Marmara, dan sebagainya.
Acara ini telah menjawab satu pertanyaan yang dari dulu ingin saya ketahui. Berkaitan dengan kesekuleran Turki. Mengapa negara ini, yang 99% penduduknya beragamakan islam, bisa patuh dan tunduk dibawah kesekuleran? Padahal dalam kacamata kita, sekulerisme itu buruk, karena memisahkan dunia dengan agama. Jadi kasarnya, agama tidak berhak ikut campur dalam urusan dunia.
Negara Islam sekuler pertama dan satu-satunya di dunia ini, benar-benar memisahkan antara hal yang berkaitan dengan pemerintahan, dengan agama. Jadi ada larangan unsur-unsur agama dalam pemerintahan. Mulai dari kantor-kantor pemerintahan, bahkan sekolah-sekolahan. Wajar juga kalau di bangku persekolahan, rakyat Turki tidak mendapatkan pendidikan Agama.
Walaupun mereka tidak mempunyai agama nasional (seperti Indonesia yang memiliki 6 Agama resmi), tapi (katannya) mereka menjunjung tinggi agama. Dari segi mananya?Mereka memberikan kebebasan bagi warga negaranya untuk memeluk agama. Terserah dengan model apa saja, tapi tetap di batasi oleh konstitusi (yaps!! Cara memeluk agama terdapat dalam Konstitusi Turki, mereka membatasi penggunaan jilbab, azan, dsb), agar tidak berlebihan (baca: menghindari ekstremisme). Jadi tidak ada mayoritas dan minoritas, walaupun sudah jelas Islam menjadi mayoritas disana. Juga meminimalisir perpecahan.
Mengenai larangan berjilbab di Turki, juga menjadi kontroversi. Karena bagi siapa yang berjilbab di area pemerintahan (seperti kantor, sekolah, kampus, dsb), mereka akan dikenakan sangsi, mendekam dipenjara. Tapi untuk menanggapi hal ini, kebanyakan Rakyat Turki mengikuti saran atau hasil Ijma' Ulama Turki, untuk menggunakan wig atau rambut palsu sebagai pengganti jilbab.
Dilihat secara historis pun demikian. Khilafah islamiyyah yang terakhir kali ada di Dunia ini adalah di Turki pada masa Turki Ustmanni (western called him with Ottoman). Ia berhasil digulingkan oleh militer yang dipimpin oleh Kemal Ataturk yang membawa nilai-nilai sekulerisme tersebut. jadi, sampai saat ini militer menjadi pengawas sekularisme yang ada di Turki. Jadi dengan demikian, nilai sekularisme di Turki akan tetap bertahan.
Kalau kita baca dan pahami, mungkin ini menjadi cara yang baik yang dilakukan oleh Turki. Walaupun banyak tentangan dari penduduk islam se-dunia. Tapi, kita tetap tidak dapat memungkiri, bahwa agama tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Agama (Islam) mencakup segala aspek kehidupan kita. Dari masalah ekonomi, politik, sosial, dan masalah-masalah lainnya. Jadi sepatutnya agama tidak dikesampingkan dalam hal apapun. Agama hendaknya menjadi landasan kita untuk hidup dan survive di dunia. Kita hargai dia sebagai keyakinan kita.
Kalau dari saya pribadi, saya tidak bisa menyalahkan dan juga membenarkan Turki dalam masalah ini. karena saya belum dan tidak akan mampu men-Judge sesuatu seenak perut saya. Saya hanya bisa kembali dan merujuk kembali ke pedoman umat Islam sedunia, yaitu Al-Qur'an. Cukup ini yang menjadi pegangan saya saat ini, ditambah dengan sunnah dari Rasulullah SAW.
Tapi setidaknya acara yang dibawakan oleh Desi Anwar tersebut, telah membuat saya ngeh dan mengerti akan makna sekularisme yang ada di Turki. Dan apa yang saya dapatkan dan saya pahami, bisa saya share kepada teman-teman semua. Saya juga membutuhkan koreksi dari teman-teman kalau pemahaman saya mengenai ini melenceng dari yang sebenarnya. Jadi mohon komentarnya ya. Wallahu Mu'thy, wa Nahnu Muta'allimuun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H