Mengamati dinamika sebuah negara super power dari masa ke masa memberikan kita sebuah pelajaran berharga tentang perubahan peta politik dunia yang berubah-ubah dimana sangat dipengaruhi oleh sosok "the most powerful man" yang menjalankan roda pemerintahan negeri paman Sam tersebut.
                                                 AMERIKA DULU Â
        Amerika Serikat adalah negara "penyelamat" dari dua negara fasis yang agresif di saat perang dunia kedua. Jika kita boleh berandai-andai, seandainya tentara Amerika Serikat tidak ikut campur dalam perang dunia kedua, maka laju fasis Jerman dibawah pemerintahan Hitler dan fasis Benito Mussolini dari Italia akan menguasai daratan Eropa. Sebelum Amerika ikut campur, hanya negara Inggris dan Soviet lah yang belum dikalahkan oleh Jerman. Keadaan berbalik ketika negeri Paman Sam tersebut ikut peduli pada penderitaan Eropa dan dengan segera melakukan operasi militer yang saat itu di komandani oleh Dwight D Eisenhower dimana setelah itu dipilih menjadi presiden Amerika ke-34. Jerman akhirnya kalah setelah terjepit dari dua sisi. Dari barat oleh tentara Amerika Serikat dan Inggris dan dari timur oleh tentara Soviet.
        Kiprah Amerika Serikat di perang pasifik yang menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki secara tidak langsung memberikan dampak luar biasa pada negara-negara di Asia yang sebelumnya adalah negara jajahan. Kekosongan kekuasaan pasca bom Hiroshima dan Nagasaki yang membuat pasukan Jepang tidak semangat lagi untuk bertempur dimanfaatkan dengan cerdas untuk mengambil alih kepemimpinan.
        Penderitaan negara-negara Asia akibat dijajah bangsa Jepang berakhir setelah itu. Bahkan saat itu ada yang mengatakan bahwa dijajah Jepang lebih menderita dibandingkan dijajah bangsa kulit putih. Dua front di PD kedua Amerika lah pemenangnya.
Saat Amerika Serikat dipimpin oleh Jimmy Carter, beliau menulis sebuah buku yang sangat terkenal yaitu "Palestina : Perdamaian bukan Apartheid". Buku yang sangat sarat dengan kontemplasi seorang pemimpin negara adidaya yang menjunjung tinggi perdamaian dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Sosok Jimmy Carter sebagai presiden ke-39 ini dikenang sebagai presiden yang dihormati mereka yang cinta akan perdamaian.
        Saat terjadi genoside di Bosnia tepatnya di kota Srebenica  di bulan Juli 1995, ada sekitar 8000 muslim yang dibunuh oleh tentara Serbia. Banyak negara mengutuk tindak genoside ini. Sikap Amerika Serikat saat itu dimana Bill Clinton presidennya adalah menindak para pelaku genoside dan mendukung pasukan NATO untuk menangkap para pelaku.
                                             AMERIKA SEKARANG
        Sungguh berbeda dengan pemerintahan Amerika dahulu dimana Amerika sekarang malah mendukung negara Israel pelaku genoside. Tercatat korban genoside yang dilakukan oleh Israel di Palestina hingga sekarang adalah 33.797 meninggal dan 76.465 luka-luka ditambah dengan kerusakan infrastruktur yang parah. Amerika yang dahulu tampil sebagai "penyelamat" kini berubah menjadi penopang/donatur tetap dari negara pelaku genoside.
        Didalam sidang PBB pun, Amerika adalah negara yang sangat setia pada Israel walaupun sudah banyak bukti-bukti otentik tindak genoside terhadap sipil Palestina. Disaat negara-negara Eropa membuka mata akan kekejaman Israel pada Palestina, Amerika bahkan dibawah kepemimpinan Joe Biden, mengatakan bahwa mereka tidak percaya akan adanya genoside di Palestina dan tetap mengirimkan alat-alat tempurnya ke Israel.
        Dari fenomena diatas, terdapat fakta menarik bahwa figur-figur presiden di Amerika Serikat lah yang menentukan hitam putihnya kebijakan negara Paman Sam tersebut. Amerika dulu dipimpin oleh presiden-presiden yang masih memegang nilai-nilai kemanusiaan dan menentang adanya genoside sedangkan Amerika Serikat sekarang tidaklah sama. Amerika sekarang dipimpin oleh sosok yang tidak lagi menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Janganlah kita mengeneralisir bahwa semua kebijakan pemerintah Amerika sekarang adalah cerminan aspirasi dari semua warga negara Amerika Serikat. Sikap pemerintah Amerika Serikat saat ini banyak ditentang oleh banyak pihak khususnya universitas-universitas.