Andaikan suara itu berisi kritikan dan masukan yang bernas dan substantif, sebenarnya tak masalah. Justru lebih baik dan publik bisa memakluminya. Sebab saat ini adalah zaman demokrasi dan era keterbukaan informasi.
Namun sayangnya, suara miring dari oposisi itu lebih banyak berisi kebohongan, fitnah, dan ujaran kebencian. Ini yang sangat-sangat disayangkan. Kelompok oposisi yang diisi oleh Gerindra, PKS, PAN, dan barisan lainnya, ternyata bekerja tak sesuai ekspektasi.
Ujung-ujungnya, bukan kualitas demokrasi yang makin membaik. Sebaliknya justru dari kelakuan mereka itulah polarisasi yang tajam terjadi di masayarakat. Pasalnya, selain menyebarkan isu yang tidak benar, pihak oposisi itu juga kerap menggandeng isu agama dalam menjalankan laku oposisionalnya.
Politisasi agama (dan identitas lainnya) ini yang seolah menjadi bahan baku untuk menghantam pemerintahan Presiden Jokowi. Kritikan berbasis surga dan neraka dari pihak oposisi ini yang paling laku, sekaligus sangat membahayakan bangunan kebangsaan kita.
Fahri, dan oposisi lainnya, adalah penampakan lain dari tantangan "memimpin adalah menderita" hari ini. Namun bukan terletak pada orangnya, tetapi lebih pada isu dan informasi sesat yang kerap disebarkannya.
Karena pemimpin yang telah terbukti bekerja nyata, sederhana, dan mengabdi untuk rakyat saja justru kerap dituduh macam-macam. Jokowi yang telah bekerja untuk memperbaiki kehidupan rakyat Indonesia masih saja dianggap hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Padahal sudah jelas, dia membangun ini-itu bukan untuk keluarganya, anak-anaknya, kroni-kroni, atau orang di sekitarnya saja. Berbeda dengan pemimpin otoriter dan korup yang berkuasa 32 tahun lalu.
Tetapi, terlepas dari tuduhan Fahri di atas, memang benar kok Jokowi itu bekerja dan memimpin Indonesia hari ini hanya untuk menang. Ya, tapi memenangkan hati rakyat, tentunya.
Sebab, apa yang telah dikerjakannya itu memang terbukti telah bermanfaat dan memperbaiki kualitas kehidupan rakyatnya. Dan, menariknya dia mau menanggung beban menderita dari suara miring oposisi untuk itu.
Mau menjadi pemimpin seperti Jokowi? Kamu nggak akan kuat, biar Pak Jokowi saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H