Ada satu peristiwa menarik dalam pembukaan acara ulang tahun Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ke-4 yang digelar di ICE BSD, Tangerang pada Minggu (11/11) lalu.Â
Ketua Panitia acara tersebut tak mau mengambil kesempatan berpidato sebagaimana lazimnya pembukaan suatu acara, melainkan justru ingin melagukan isu-isu sosial-politik yang sedang hangat dalam beberapa hari ini.
Adalah, Teuku Adiftrian alias Tompi yang dikenal sebagai dokter cum penyanyi yang melakukannya. "Kalau Pidato saya rasa sudah biasa, jadi sambutan ini akan saya sampaikan dalam nada-nada lagu," kata Tompi, sebagaimana dilansir Detik, Senin (12/11).
Dari rangkaian tersebut, satu hal yang paling menarik perhatian audiens dan warganet adalah soal substansi pesan dalam lagunya itu. Dalam nyanyiannya ini, Tompi mengajak kaum cebong dan kaum kampret bersatu.
"Ingat kawan tak ada cebong atau kampret. Ingat kawan, Yang ada hanya cempret Indonesia. Cebong dan kampret bersatu menjadi cempret," kata Tompi dalam nyanyiannya.
Praktis kejadian itu membuat seluruh hadiri tertawa, termasuk Presiden Jokowi yang terlihat hadir dalam acara tersebut. Sejumlah menteri dan rombongan Presiden pun juga terlihat 'ngakak' dengan cara penyampaian pesan dr. Tompi itu.
'Cempret' adalah kosakata baru yang diciptakan oleh Tompi untuk mengawali pesannya malam itu. Cempret tak lain adalah eliminasi dari kata cebong dan kampret, yang akhir-akhir ini memenuhi ruang perdebatan kita di media sosial.
Bahwa dengan lagu itu, Tompi dan mungkin kita (masyarakat Indonesia) hendaknya saling mengingatkan agar mulai mengakhiri sebutan yang bertendensi saling mengejek dan tak substantif itu. Di sisi ini, ajakan hijrah dari Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, menemukan momentum dan signifikansinya.
Cebong vs Kampret, Polarisasi Politik Tanpa Nalar
Bila kita mengamati perdebatan isu-isu politik di linimasa media sosial, maka kita akan cepat menangkap bahwa kata 'cebong' dan 'kampret' ini merupakan representasi dari para pendukung elit politik yang eksis hari-hari ini.
Cebong biasa dimaknai sebagai pendukung Jokowi. Sedangkan, kampret adalah sebutan untuk pendukung Prabowo. Dua-duanya adalah capres di Pilpres 2019. Istilah-istilah itu biasa digunakan di dunia maya, dan sering difungsikan sebagai ejekan antar kubu pendukung.
Bila ditarik ke belakang, fenomena persaingan sengit antara kedua kelompok itu terjadi sejak Jokowi bertarung dengan Prabowo Subianto pada pilpres 2014. Sinisme itu kemudian berlanjut hingga kini, karena sentimen 'berbeda' dan 'bermusuhan' itu terus dipelihara.