Saat masih SD, kita pernah mendapatkan pengajaran mengenai etika melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Budi Pekerti, atau sejenisnya. Intinya pelajaran yang mengajarkan kita mengenai bersikap sebagaimanamestinya agar bersikap sopan santun, berbudi, dan luhur terhadap sesama.
Sering juga dalam ujian mata pelajaran itu, kita pun ditanya, "Apakah yang kamu akan lakukan bisa melakukan kesalahan terhadap teman sekelas?". Tentu jawaban yang benar adalah "minta maaf" atau jawaban sejenisnya yang mengarahkan pada "permintaan maaf".
Semua orang dapat mengatakan maaf.
Maaf terdiri dari empat huruf yang dirangkai sedemikian rupa dan menghasilkan makna yang dalam serta mengajarkan arti mengakui kesalahan, entah itu kesalahan secara sadar atau tidak sadar.
Kata maaf sangat harus diucapkan bila melakukan kesalahan.
Namun, timbul pertanyaan:
Apakah maaf yang terucap dari hati yang terdalam atau sekedar formalitas saja, agar terlihat dia telah melakukan sesuatu yang benar?
Jawaban ini hanya bisa dijawab oleh orang yang meminta maaf.
Terlepas dari ikhlas tidaknya maaf, ada sisi kerendahan hati dan sikap berjiwa besar yang ingin ditunjukkan.
Sebab meski terkesan mudah untuk mengatakan ada juga yang sangat susah mengatakan maaf meskipun ia sudah terang saja salah.