Mungkin kita sering melihat ibu kita yang pergi berbelanja ke pasar tradisional sambil menenteng keranjang belanja.
Keranjang belanja biasanya terbuat dari plastik atau anyaman bambu.
Sadarkah kita keranjang belanja yang dipergunakan ibu kita untuk berbelanja memang murni hanya untuk mempermudah membawa barang belanja. Karena barang-barang belanja itu telah dimasukkan ke dalam kantong plastik, dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam keranjang belanja agar tidak banyak kantong yang harus dibawa. Cukup satu saja yang digenggam, yaitu keranjang belanja.
Pemikiran yang demikian pragmatis membuat pengggunaan kantong plastik tetaplah tinggi.
Penggunaan keranjang belanja hendaknya lebih berdaya guna lagi tidak hanya mempermudah membawa belanjaan tetapi harus memperhatikan sisi ekologisnya, yaitu dampak yang ditimbulkan, yaitu sampah kantong plastik (yang tidak terurai oleh tanah) tetaplah tetap banyak.
Maka, hendaklah tidak setiap barang belanjaan dimasukkan ke dalam kantong plastik terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam kantong belanja.
Ada saatnya, bila berbelanja barang yang tergolong kering, tidak terlalu kotor (oleh tanah), dan tidak berbau, atau tidak dalam jumlah banyak sekiranya dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang belanja.
Contohnya, belanja wortel, kacang panjang, tomat, pare, paprika, sayuran hijau, tempe yang tidak dibeli dalam jumlah banyak, mungkin dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjan belanja.
Sama halnya juga bila membeli bumbu-bumbu dapur (gula, garam, lada, dll) yang telah dikemas dalam kantong plastik benih, hendaknya tidak menggunakan kantong plastik lagi.
Lain halnya dengan membeli daging ataupun ikan, yang memang basah dan berbau. Boleh saja menggunakan kantong plastik sebab akan mengotori dan mengkontaminasi belanjaan yang lain.