Mohon tunggu...
Andri  july
Andri july Mohon Tunggu... Penulis - laki - laki

menulis merupakan cara menjawab kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Misterius

25 Oktober 2024   11:46 Diperbarui: 25 Oktober 2024   11:59 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara ayam berkokok telah terdengar, azan pun berkumandang ini pertanda waktu subuh telah tiba, sayapun bangun dari tempat tidur untuk segera menunaikan ibadah sholat subuh, sehabis sholat saya melanjutkan dengan mencuci baju, serta bersih bersih rumah. Tak terasa matahari sudah terbit jam pun telah menunjukkan pukul 07.00 WIB pagi. sebelum saya berangkat bekerja, saya menyempatkan untuk menyemprot Racun di kebun bawang merah yang jaraknya tak jauh dari rumah. Sepulang dari kebun sayapun mandi, dan berpakaian rapi untuk berangkat ke tempat bekerja.

Jam pun telah menunjukkan pukul 08.00 WIB, Saya berangkat bekerja, ditengah perjalanan dan sesampainya di pasar tak jauh dari rumah, saya lupa bahwa hari ini adalah hari Jum'at yang menandakan hari pasarnya di Bukik Sileh, Dimana mobil, motor sulit untuk lewat di pasar tersebut, namun itu tak menyurutkan hati saya untuk melanjutkan perjalanan. Saya enggan berbalik arah, Motor yang saya kendarai saya alihkan perjalanan menuju ke jalan yang lain. Ditengah perjalanan saya melihat ada orang -- orang yang sedang memperbaiki jalan yang menutup jalan tersebut dan  tak bisa ditempuh, jalan dialihkan ke jalan yang lain. Dengan semangat saya terus melanjutkan perjalanan menuju tempat bekerja walaupun jalan yang saya lalui tak tahu arahnya, karena belum pernah saya tempuh serta tak ada satupun orang tempat saya bertanya. Saya pun melanjutkan perjalanan, kali ini saya menempuh jalan setapak, ternyata dipenghujung jalan, jalan yang saya tempuh ini sudah beralih dari jalan yang setapak menuju jalan yang berumput, berkerikil dan jalan bertanah, sayapun  enggan berbalik karena sudah jauh, akhirnya sterus melanjutkan perjalanan.

Ternyata Oh Ternyata, jalan yang saya tempuh bukanlah jalan menuju ke Solok tempat saya bekerja, melainkan saya menempuh jalan mendaki yang tinggi dan menurun yang curam di dalam hutan dengan Semak belukar. Saya pun terus beristigfar dan membaca doa selamat, ditengah hutan saya melihat ada sosok sesorang anak kecil yang sedang membawa anjing, kira -- kira umur 14 tahunan, saya pun bertanya kepadanya "dik, arah solok kemana dik, tadi abang berbelok karena  jalan tidak bisa dilalui" ia pun menjawab "bang, abang sudah tersesat, nanti lurus saja ya bang, nanti abang akan menemui jalan utama" begitulah percakapan saya dengannya.

Ditengah perjalanan motor yang saya kendarai hampir saja masuk kedalam jurang, segera saya turun dari motor dan memperbaiki motor yang terjebak didalam lobang, saya lihat kebelakang pendakian yang tinggi, saya lihat kedepan penurunan yang curam, hati hendak berbalik kebelakang namun saya teringat perkataan si adik yang mengatakan lurus saja, dengan hati -- hati saya tetap melanjutkan perjalanan ditengah curamnya penurunan, tak lama kemudian saya  berjumpa dengan jalan yang sudah bertanah dan berkerikil, hati hendak lega karena sudah selamat keluar dari Hutan.

Perjalanan pun dilanjutkan, tak lama kemudian saya berjumpa dengan jalan aspal namun keanehan di hati saya, saya melihat ada rel kereta api dan kereta yang melaju kencang, tak lama kemudian saya melihat ada sekelompok orang bapak -- bapak yang memakai jubah berwarna putih, topi putih dan memakai sorban putih, saya memberanikan diri bertanya lagi kepada bapak tersebut. Saya pun diarahkan menuju jalan utama, dan pada akhirnya saya sudah sampai di Nagari DILAM. Saya pun melanjutkan perjalanan dan sampailah saya di Solok tampat saya bekerja. Dari sinilah saya memahami, bahwa tuhan itu akan selalu berada disisi hambanya, dan akan menunjukkan jalan yang benar bagi hambanya yang tersesat. Akhirnya saya merasa lega karena sudah sampai dengan selamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun