Sekelompok manusia yang berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung membentuk satu sistem hubungan yang saling membutuhkan atau saling bergantung dari mulai sesuatu hal yang prinsipil seperti keyakinan dan kepercayaan ataupun urusan yang dianggap sederhana dan seolah tidak penting membentuk suatu komunitas sistematis sehingga manusia dimaknai sebagai mahluk sosial.
Meskipun ada satu dua individu yang menyendiri atau lebih senang tanpa kehadiran orang lain tetapi tetap saja butuh orang lain bukan dalam bentuk fisik individu tetapi hasil cipta dan karsa orang lain dalam bentuk produk baik makanan ataupun pakaian dan barang-barang keperluan lainnya.
Salah satu hasil karya individu yang disukai banyak orang, sehingga rela membayar dan meluangkan waktu untuk menikmatinya, adalah film. Film yang dibuat dengan biaya yang cukup besar, kru yang banyak juga waktu yang terkadang tidak terukur menghasilkan sebuah karya yang menggabungkan beraneka keahlian manusia sehingga mampu mengaduk rasa membuncahkan emosi sehingga terkadang tanpa disadari menetes air mata tanpa sebab yang jelas ataupun tertawa terbahak-bahak padahal banyak masalah kehidupan yang mendera individu. Termasuk yang mecengangkan adalah sisi sugesti nya yang bisa menjadi luar biasa bagi sebagian orang. Seseorang merasa menjadi manusia baru dan memiliki kemampuan hebat setelah menikmati sebuah film tentang sepak terjang super hero.
www.21cineplex.com
Tahun 2013 ini terasa makin jagoan manakala keluar dari bioskop setelah menonton ‘Iron Man” hingga “Man of Steel”, ataupun serasa sentimentil begitu terharu setelah menonton film “Habibie & Ainun”....Ataupun jadi selalu ketakutan melihat televisi karena selalu terbayang hantu yang keluar dari kotak televisi dalam film lawas "The Ring' hingga film horor yang masih tayang di bioskop seperti film "Conjuring" juga beraneka film horor lainnya yang ternyata ber efek menakutkan tetapi juga menjadi candu untuk menunggu dan menonton film - film menakutkan selanjutnya.
[caption id="attachment_263391" align="alignleft" width="300" caption="www.21cineplex.com"]
Film juga ternyata memiliki kekuatan hebat untuk mempengaruhi pola pikir, mengarahkan sebuah opini sehingga membuat sebagian besar orang memahami sesuatu yang ada dalam film tersebut seolah menjadi kebenaran, atau secara istilah ekstrim adalah penjajahan gaya baru yang menyerang ke dalam sistem syaraf pola pikir dan dapat mengendap lama dan mengkristal sehingga mempengaruhi anggapan individu terhadap sesuatu (maaf klo jadi lebay, ini khan secara ekstrim nya...).
Film merupakan sebuah industri yang melibatkan banyak orang, banyak alat juga banyak uang berputar disitu. Tetapi tulisan iseng ini lebih melihat kepada dampak dari hasil cita rasa seni tersebut dalam tatanan sosial masyarakat khususnya tentang pemahaman dan pola pikir. Artinya film menjadi sebuah sarana propaganda yang ideal, kenapa disebut ideal?
Pertama, penontonnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat dari berbagai strata pendidikan dan aneka golongan ekonomi. Di bioskop hampir sebagian besar penontonnya terpelajar dan ekonomi menengah ke atas, karena butuh uang agar bisa membeli tiket dan menikmatinya dengan dentuman suara dan layar yang lebar.
Kedua, Biaya yang diperlukan untuk menikmati film ini variatif. Bisa mahal kalau memang membeli seperangkat Home Theater dengan pemutar film Blue Ray ataupun menonton di bioskop yang VVIP dengan fasilitas kursi yang sedikit tetapi menjanjikan pelayanan yang luar biasa. Di sisi lain sebagian besar masyarakat lainnya khususnya di indonesia sangat mudah menonton film terbaru atau film apapun dengan hanya merogoh kocek yang jauh lebih murah dengan harga sebungkus rokok, yaitu DVD bajakan yang telah menyatu dengan denyut kehidupan kita.
Ketiga, Sumber untuk mendapatkan film tersebut sangat mudah. Apakah melihat jadwal bioskop terutama di kota besar ataupun membeli dvd yang banyak dijajakan hingga tukang asongan di lampu merah. Bisa juga dengan download langsung pada link – link yang bertebaran bebas di dunia maya.
[caption id="attachment_263393" align="alignright" width="300" caption="www.21cineplex.com"]
Saya melihat regulasi pemerintah untuk mengatur propaganda halus ini belum efektif untuk menahan dampak masif penyusupan pemahaman - pemahaman yang mungkin bertentangan dengan adat ketimuran. Apalagi jika kita membahas film spesifik khususnya film yang tidak beredar di bioskop tetapi ternyata beredar secara luas sementara isinya adalah film bertema kekerasan, pornoaksi dan pornografi akan membuat penonton apalagi anak dan remaja meniru dan selanjutnya merusak moral serta mental generasi penrus bangsa. Kembali tugas berat bagi orang tua dalam sistem keluarga terutama anak - anak dan remaja yang besok lusa adalah tulang punggung yang menentukan maju mundurnya bangsa ini.. Wadduh kok jd serius yach?.. Maafkan sisi sentimentil ini.
Yang pasti tayangan film bisa memberikan alternatif hiburan khususnya jika menonton di bioskop atau home theater di rumah tentunya tanpa terganggu rengekan si kecil ataupun celoteh istri hehehe maafkan istriku yach. Film dengan suara yang memanjakan telinga, gambar yang tajam dan layar yang lebar bisa merangsang impuls impuls syaraf otak sehingga berdampak menyegarkan meskipun disaat menonton bisa saja menakutkan, menyedihkan dan tertawa menyenangkan. Memberi ruang kepada syaraf dan indera tubuh untuk sejenak relaksasi dan menikmati sepotong gambaran kehidupan yang seolah nyata dan kita bisa melakukan apa saja padahal hanya sebuah hasil karya visual effect yang luar biasa.
Termasuk bisa membuat fikiran terlupa akan masalah yang ada meskipun hanya 1,5 jam sampai 2 jam tetapi itu sungguh berarti.
Thx Home theaterku, Bioskop-bioskopku juga keping dvd-dvdku. Selamat malam, selamat menonton dan menghibur diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H