Mohon tunggu...
Andrie Husein
Andrie Husein Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Cuma anak pinggiran, yang mau coba belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Aku Dipanggil Aa … ?

3 Juli 2011   22:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:57 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Harusnya juga jangan tanya kenapa … ?. Memang salah kalau dipanggil Aa, khan  masih lebih baik, daripada dipanggil Oo …

Ya, Andrie Husein (nama disamarkan plus diburamkan, kemudian disingkat mejadi AH), pemuda 26 tahun kelahiran Jakarta ini adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Dilahirkan dari seorang Ibu yang berasal dari Sunda, lembut dan sopan itulah cirinya. Sedikit banyak karakter AH adalah karakter Ibunya.

Kehidupan yang sederhana, membuat AH perlu berfikir untuk terus berkarya, berusaha dan berdoa. Ketika “nyantri” disebuah Universita Islam Negeri (UIN) Jakarta, AH sempat menjadi guru, tukang ketik, aktivis dadakan, hingga produser film (film kampus, maksudnya). Kegigihannya membuahkan hasil hingga mendapatkan gelar sarjana setelah menempuh waktu selama 7 tahun. Hahahaha … waktu yg sangat cepat untuk seusianya … Lho kok can ?

Berdarah campuran, membuat AH tidak congkak dan tinggi hati. Secara face, wajah AH adalah wajah laki-laki Asia kebanyakan, berkulit cokelat dan rambut hitam. Tubuhnya yang proporsional menjadi nilai plus bagi AH.

Akhir 2009, adalah awal pertemuan AH dengan kekasihnya, kebetulah mereka satu gedung yang berbeda perusahaan. Hari demi hari dilalui tanpa ada rasa dan curiga, singkat cerita, terjadi dialog pertama dipojok istimewa. Esok dan seterusnya menjadi daya tarik AH, untuk selalu makan siang tepat waktu, karena sudah ada wanita yang tengah duduk dipojokan sana. Tak tahu juga, bias dipojok kanan atau pojok kiri.

Mendengar celotehan dan candaan gadis cantik bertubuh mungil ini, AH memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya. Bak diterjang Duren jatuh, gayung pun bersambut. Tidak hanya satu gayung, tapi dua gayung. Gayung yang pertama karena diterima cinta, dan gayung yang kedua karena berhasil diangkat menjadi Supervisor yang sebelumnya hanya berpangkat tukang ketik.

“Aa … dicariin mama”, sela adik ku ketika dia menelepon dari seberang sana. Yach, … pantas saja karena aku sudah tidak pulang satu minggu ke rumah, kebetulan juga karena banyak kerjaan jadi aku tinggal di mess yang disediakan oleh kantor tepat dua gang kecil sebelum jalan utama ke kantor ku. Sejak mengetahui Aa adalah panggilan rumah ku, saat itu juga cinta ku memanggil ku dengan Aa. Tapi, dan tetapi … bukan sekedar Aa … tapi “Aa Item”, itulah panggilan sayangnya kepada Ku. Sejak saat itu dan hingga sekarang … tetap Aa Item ...

Harusnya jangan juga tanya kenapa … ?

Salam,

Aa Item

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun