Mohon tunggu...
Andrie Firdaus
Andrie Firdaus Mohon Tunggu... Lainnya - Pernah sebagai Auditor, Akuntan dan Bankir

Hidup sulit namun berusaha dibuat mudah. Sebagai ojek online, bisa melihat banyak hal di masyarakat selain melihat jalan Hobi, jalan, membaca, main game dan nonton youtube

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Isu Pangan mengalahkan Pendidikan

28 November 2023   01:05 Diperbarui: 28 November 2023   01:12 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Makan untuk hidup untuk manusia, sedangkan hidup untuk makan adalah untuk selain manusia. Kalimat yang  diutarakan seorang guru kepada saya, penjelasan yang sampai ke saya atas kalimat diatas adalah, manusia memiliki tujuan-tujuan hidup dan atau cita-cita, untuk mencapai tujuan atau cita-citanya, manusia butuh tenaga supaya dapat beraktifitas seperti beribadah, belajar, bekerja dan lain sebagainya, dengan aktifitas-aktifitas tersebut manusia berharap mencapai cita-cita atau tujuannya.

Berbeda dengan makhluk lain seperti hewan, yang tidak memiliki cita-cita (mungkin dapat dikecualikan hewan yang bertahap sudah berevolusi, walau belum sempurna dan masih berproses buat para pengikut teori Evolusi Charles Darwin), hewan sudah cukup dengan adanya makanan (boleh ditambah dengan hubungan seksualitas). Hewan tidak pernah berpikir kesejahteraan apalagi kemajuan untuk dirinya apalagi lingkungannya (untuk hewan yang enggan berevolusi ya).

Jajak pendapat (survei) kompas yang diterbitkan Media Kompas hari Senin, 27 November 2023, dihalaman utamanya mengenai harapan isu-isu) masyarakat terhadap Capres 2024 -- 2029 membuat saya riba-tiba tersenyum lirih. 

Harga bahan pokok terjangkau menjadi pilihan utama masyarakat (22, 7), dibuntuti isu lapangan pekerjaan (21,6) dan Pemberatasan Kemiskinan (10,2%). Isu yang dalam pandangan saya memprihatinkan adalah tentang Program pendidikan (1,3) nyaris di urutan buncit dari yang diharapkan masyarakat terhadap Capres.

Isu ekonomi selalu menjadi isu utama atau paling sexy, sepertinya tanpa menjadikan isu ekonomi sebagai prioritas utama akan membuat sulit terwujudnya cita-cita bangsa atau memang cita-cita memajukan kesejahteraan umum yang dicantumkan pada Pembukaan UUD mengutamakan isu ekonomi sebagai pondasinya, mengabaikan kesehatan apalagi pendidikan, atau menganggap kalau ekonomi bisa mapan (khusunya harga pangan terjangkau atau murah oleh semua masyarakat) otomatis menjadi negara maju?

Saya pernah membaca dan mendengar negara-negara maju yang sebelumnya kalah perang atau hancur karena perang, memajukan negara tidak hanya berfokus kepada perbaikkan kondisi ekonomi, contoh Jepang dan Korea Selatan, dari literasi yang saya baca, Negara-negara tersebut mengutamakan pendidikan, yang paling saya sukai adalah perkataan Kaisar Jepang.

Ketika mendapat laporan tentang kota di Jepang yang di bom atom, pertanyaan sang Kaisar adalah, berapa jumlah guru yang tersisa, Kaisar tidak bertanya, bagaimana kondisi lumbung padi, tidak juga bertanya berapa kerugian material atau hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi bahkan jumlah tentara yang tewas ataupun yang masih bisa bertempur tidak ditanya, tapi jumlah guru yang merupakan ujung tombak pendidikan.

Sedangkan negara-negara yang kaya karena Sumber daya alam (SDA) tapi abai akan pendidikan (sains), seperti negara-negara di Timur Tengah yang makmur karena mengandalkan Minyak, tidak ada yang masuk ke jajaran negara maju, padahal SDA mereka yang berupa minyak bumi bisa habis jika terus dieksploitasi,  bahkan bertahap mulai tergantikan dengan energi ramah lingkungan seperti bahan bakar nabati atau dengan tenaga listrik.

Menariknya kompas di tanggal yang sama juga membuat hasil litbang nya di halaman A, dengan judul Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi (PT),  yang ternyata, dibalik turunnya angka pengangguran malah untuk level lulusan PT terjadi kenaikkan angka pengangguran. Meningkatnya pengangguran di tingkat lulusan PT dalam pandangan saya, menunjukkan lemah atau kurangnya kualitas pendidikan.

Karena hal tersebut menurut saya menunjukkan lemahnya kemampuan intelektual lulusan PT, sehingga bergantung kepada lapangan usaha yang ada (yang disebabkan disrupsi tekhnologi banyak perusahaan mengurangi jumlah karyawan), tanpa kemampuan untuk membuka lapangan usaha baru (berkreatifitas dan berinovasi) atau membuat mampu bersaing dengan tenaga kerja asing (TKA) dari Eropa, Amerika, Jepang dan Korea Selatan, yang menduduki posisi manajerial (tidak hanya ribut karena kedatangan TKA yang mengisi posisi sebagai buruh).

Dengan meningkatnya pengangguran lulusan PT, apakah tidak menjadi perhatian untuk mengangkat lebih akan isu kampanye meningkatkan kualitas pendidikan? Karena apakah mungkin tanpa pendidikan (sains) yang berkualitas, bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang dapat memajukan kesejahteraan Umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti cita-cita pendiri bangsa yang tercantum dalam Pembukaan UUD? Cukupkah hanya dengan perut yang tidak kelaparan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun