Mohon tunggu...
Happy Andrie
Happy Andrie Mohon Tunggu... profesional -

Pikiran, Ucapan dan Tindakan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Benarkah Sabdopalon itu Semar ?

31 Oktober 2015   19:44 Diperbarui: 4 April 2017   17:14 2906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sabdopalon"][/caption]Melanjutkan kisah misteri Raja Kecil Majapahit yang pernah saya tulis beberapa waktu lalu, kali ini saya ingin membahas salah satu tokoh dari empat raja kecil tersebut, yakni Sabdopalon. Sabdopalon yang disebut-sebut raja kecil karena hubungan dekatnya dengan Prabu Brawijaya V, oleh sebagian masyarakat Jawa diyakini Semar atau Eyang Semar. Entah benar atau tidak, Semar yang dalam cerita pewayangan digambarkan sebagai salah satu tokoh Punokawan, memiliki kisah yang mirip dengan Sabdopalon.Bila dalam cerita Punokawan Semar bersama Gareng dan Petruk, dalam cerita lain Sabdopalon juga ditemani oleh Naya Genggong dan Gajah Amodo.

Mengenai sifat-sifatnya, bila Semar dalam Punokawan digambarkan sebagai tokoh yang bijak dan dituakan, demikian juga dengan Sabdopalon. Selama mendampingi prabu Brawijaya V, Sabdopalon adalah seorang Pandita atau penasehat raja. Pemilik nama bermakna kata hati (Sabdo=kata, Palon=hati) ini menjalani kehidupannya bersama Naya Genggong (Naya=pandangan, Genggong=langgeng) dan teman-teman lainnya, layaknya cerita punokawan. Sabdopalon Cs akhirnya meninggalkan Prabu Brawijaya V karena junjungannya tersebut telah beralih keyakinan, memeluk agama baru, Islam. 

Semenjak itu, ditengah situasi kehancuran Majapahit Sabdopalon memilih mengundurkan diri sebagai Pamong Raja untuk bertapa. Keputusan itu ditempuh, karena Sabdopalon menganggap dirinya sudah tidak memilik kedaulatan spiritual dengan perpindahan keyakinan sang raja. Beberapa sumber menyebutkan, Sabdopalon melakukan tapa tidur di dasar kawah Mahameru atau Gunung Semeru selama 500 tahun. Selama kurun waktu semar bertapa itulah, Jawa atau bahkan Nusantara tidak memiliki kedaulatan spiritual lagi, yang artinya tidak dihormati lagi oleh bangsa lain.

Dari kisah yang banyak diyakini masyarakat, Sabdopalon sendiri adalah penjelmaan derivatif Hyang Ismaya, karena sebelumnya ia dikenal juga sebagai pamomong (pengasuh) raja atau penguasa di Jawa. Hyang Ismaya sendiri memiliki banyak gelar, diantaranya Batara Ismaya, Batara Semar, Sanghyang Jagad, Sanghyang Wasesa dan masih banyak lagi. 

Kendati berhubungan dengan masalah keyakinan, bukan berarti kisah Sabdopalon menceritakan penolakan Jawa terhadap Islam. Dalam buku Sabdopalon dan serat Darmagandul, sosok Sabdopalon sendiri merupakan personifikasi dari kesetiaan rakyat terhadap rajanya. Walaupun pada akhirnya, sang raja merubah keyakinannya karena pengaruh dari sang permaisuri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun