Mohon tunggu...
Happy Andrie
Happy Andrie Mohon Tunggu... profesional -

Pikiran, Ucapan dan Tindakan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Misteri 4 Raja Kecil Majapahit

12 Juli 2015   14:00 Diperbarui: 12 Juli 2015   14:00 3105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari cerita kebesaran Kerajaan Majapahit, tahukah anda bila ada beberapa tokoh dibalik layar yang selama ini jarang terekspose. Disamping kebesaran nama Gajah Mada, Hayam Wuruk, Tribuana Tunggadewi dan sederetan raja-raja Brawijaya yang pernah memimpin Majapahit, ternyata masih ada empat raja lagi yang selama ini kerap dilupakan. Mereka adalah raja-raja kecil yang namanya kerap disebut, namun kisah hidupnya masih misteri hingga sekarang. Mereka adalah Sabdopalon, Nayo Genggong, Emban Kinasih dan Gajah Amada.

Kisah keempat tokoh ini juga sempat membuat saya sebagai warga asli kelahiran Mojokerto, atau dulunya bekas pusat Kerajaan Majapahit menjadi penasaran. Mereka yang masih dijuluki ‘Mbah Glondong’ atau sebutan untuk raja kecil di Jawa, ternyata makamnya tersisih dari kompleks pemakaman tokoh-tokoh besar lainnya. Makam mereka menjadi satu dalam satu bangunan, berada di sebelah barat kompleks Makam Troloyo, Dusun/Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Kalau menurut saya, makam tersebut sudah berada diluar kompleks Makam Troloyo dan bersebelahan dengan pemakaman umum warga.

Lantas siapakah mereka dan pada era raja siapakah mereka hidup ? Teman saya, staf kantor Balai Perlindungan dan Pelestarian Purbakala (BP3) Jawa Timur, Almarhum Prapto Saptono pernah bercerita, kisah kehidupan mereka sendiri sampai sekarang juga masih simpang siur. Namun dilihat dari batu nisan di makamnya, keempat tokoh ini diperkirakan hidup di akhir kejayaan Kerajaan Majapahit, di era Prabu Damarwulan atau Brawijaya V. “ Mereka adalah pembantu raja Damarwulan, sekaligus penasihatnya. Melihat bentuk nisan di makamnya, mereka hidup menjelang masuknya Islam di Majapahit,” terang Prapto waktu itu.

Tak hanya itu, kisah kehidupan mereka seperti yang tertulis dalam kita Darmagandul juga masih menyisakan misteri. Seperti nama Sabdopalon sendiri misalnya. Banyak yang masih penasaran, apakah itu sebuah nama atau istilah. Pasalnya, kata Sabdopalon sendiri memiliki arti, Sabdo = kata, Palon=Hati, atau kata hati. “ Kalau menurut saya, yang membuat penasaran adalah mereka hidup di era Hindu atau Islam. Dari makamnya yang memiliki batu nisan jelas itu adalah Islam. Namun, dari bentuk nisannya yang berukir sayap dan simbol Majapahit, ini yang membuat penasaran,” katanya.

Namun yang jelas, menurut Prapto, keempat tokoh ini memang benar-benar ada. Di akhir kehidupannya, mereka sebagai abdi setia, diutus Prabu Damarwulan yang mengungsi di puncak gunung, untuk mengecek kondisi Majapahit yang kala itu diambang kehancuran. “ Mereka yang ikut sang raja, diutus kembali ke Majapahit untuk melihat kondisi terakhir. Setelah itu, mereka mengirimkan utusan kepada sang raja untuk mengabarkan bila Majapahit sudah menjadi lautan api dan rata dengan tanah. Sejak itulah, mereka tak pernah kembali kepada sang raja dan kemungkinan meninggal dunia,” pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun