Pemuda menjadi satu kata kunci utama dalam era saat ini. Hampir semua aspek kehidupan tak jarang yang melibatkan kaum-kaum muda sebagai penggerak dalam aspek-aspek secara spesifik. Bahkan, mereka kini tidak sedikit juga yang menjadi otak dari beberapa hal yang cakupannya tidak hanya dalam lingkup desa sampai kabupaten, tapi juga dalam skala nasional hingga internasional.
Peranan generasi muda sangat diperlukan oleh masyarakat. Hal itu dikarenakan mereka sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan bagi generasi sebelumnya. Maka, sangat perlu menanamkan sikap-sikap unggul dan berkarakter, guna untuk menunjang kemampuan mereka. Dalam hal ini, terdapat tiga sikap yang kami rangkum dapat menguatkan pondasi diri pemuda, agar lebih mengokohkan terhadap nilai-nilai yang mereka pegang. Ini menjadi kesadaran yang utama, baik bagi pemuda itu sendiri, maupun pihak-pihak yang berperan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Tiga nilai itu adalah, sikap berpikir kritis, literatif, dan inovatif.
Berpikir kritis
Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan abad 21 yang sangat penting dimiliki oleh generasi sekarang, selain kreativitas dan inovasi, komunikasi, dan kolaborasi. Menurut Elaine B. Johnson dalam jurnalnya Pusparatri (2012: 27) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Seorang pemuda dituntut untuk berpikir kritis agar mereka dapat menghadapi perubahan situasi dan tantangan-tantangan pada era teknologi ini.
Literatif.
Berpikir kritis dengan literatif merupakan dua hal yang saling berkesinambungan. Berpikir kritis tidak dapat dilakukan dengan lancar tanpa adanya pegangan atau dasar ilmiah, yang diperoleh dengan cara memperbanyak literasi.
Berbicara mengenai literasi, tidak terbatas hanya pada ruang lingkup buku atau tulisan saja. Objek literasi sangatlah beragam. Ada literasi digital, literasi sains, literasi finansial, dan semacamnya. Dalam hal ini berarti, kognisi atau pengetahuan tidak hanya dapat kita temukan pada bahan pustaka saja, namun dapat dimana saja. Satu contoh dalam era teknologi ini adalah dalam gadget yang kita pegang. Para pemuda sekarang dapat mengakses berbagai informasi dengan mudah hanya dengan bermodal kuota internet.
Budaya literasi perlu ditanamkan dalam diri pemuda sebagai bahan untuk dirinya dapat eksis mengikuti arus perkembangan zaman. Juga agar membantu para pemuda menyampaikan aspirasi atau pendapat yang berbobot dengan diintegrasikan dengan kemampuan berpikir kritis.
Inovatif
Perilaku inovatif dapat kita artikan sebagai suatu tindakan yang outputnya adalah menghasilkan hal-hal baru, mencakup ide, gagasan, produk, hingga alat, dengan keunikannya sendiri. Inovatif merupakan salah satu sifat yang berguna bagi pemuda dalam mengkolaborasikan antara pengetahuan serta pengalaman yang telah diperolehnya. Maka untuk menunjang hal tersebut, dua sikap sebelumnya, berpikir kritis dan sikap literatif, sangat diperlukan dalam membangun keinovatifan diri pemuda. Dengan memperbanyak literatur, memudahkan mereka untuk menyusun dan menemukan ide-ide baru sesuai dengan problem yang dihadapi, dengan didukung kemampuan berpikir kritis sehingga gagasan yang dikemukakan menjadi sangat berbobot sebab pengetahuan yang ada diolah dan ditinjau kembali dengan pengalaman yang telah diperoleh.