Viral. Kata yang cukup baru di dekade ini. Era dunia maya melahirkan dan mempopulerkan kata tersebut. Viral, artinya menyebar luas dengan cepat. Boom! Konten yang terindikasi viral pasti mengubah keadaan "si empunya". Entah itu konten baik atau buruk, efek dari viral mampu mengubah suatu tatanan di kehidupannya.
Viral telah menjelma menjadi sebuah "jawaban" bagi sebagian orang, termasuk pegiat musik. Tanpa viral, mereka merasa ada yang salah dalam meramu bentuk musiknya.
Viral dewasa ini menjadi sebuah tolak ukur baru kesuksesan sebuah konten. Tanpa viral, mereka merasa ada yang gagal dalam penyampaian pesan dari musiknya.
Fenomena viral bisa terjadi di berbagai media seperti Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok, dan Youtube. Viral bagaikan virus, menjalar dengan cepat dan sangat terasa efeknya. Ini beriringan dengan semakin instan-nya media sosial kita.Â
Mudah digunakan, mudah mendapatkan, dan mudah disebarkan. Berbeda dari zaman sebelum ini, Â informasi beredar secara vertikal melalui koran, radio dan televisi.
"Youtube lebih dari TV", kata penggalan lirik dalam lagu GGS yang populer beberapa tahun lalu.
Sampai saat ini, saya setuju dengan asumsi mereka. Youtube telah menjadi poros media hiburan yang menggeser peran televisi pada masa sebelumnya.
Youtube kini telah menjelma menjadi sumber informasi yang masif bagi semua lapisan masyarakat dengan kemutakhiran algoritmanya. Youtube sudah menjadi ladang rezeki bagi para penggiatnya yang biasa disebut Youtuber dalam menghasilkan pundi-pundi penggerak ekonominya.
Youtube menyediakan beragam konten, termasuk musik di dalamnya. Kebutuhan masyarakat akan Youtube merubah pola industri musik di dunia, tak terkecuali di Indonesia.Â
Masyarakat tak lagi bisa dijejali oleh arahan redaksi seperti pada era radio dan televisi. Mereka menentukan sendiri apa yang mereka inginkan.
Kondisi ini memicu pegiat musik untuk berlomba menjadi yang paling banyak mendapat perhatian masyarakat. Mereka tidak bisa untuk berpangku tangan menyerahkan nasib.Â