Beberapa waktu belakangan, muncul isu mengenai background checking pelamar kerja. Selain mengecek SLIK untuk mengetahui apakah mereka aktif di pinjol, ternyata banyak perusahaan melakukan pengecekan ke sosial media pelamar yang mereka seleksi.
Sepertinya lazim saja mengecek profil seseorang dari media sosial. Kebanyakan dari kita juga melakukan hal tersebut saat akan mendekati seseorang. Tetapi apakah itu cukup untuk mengetahui keahlian seseorang dalam dunia kerja?
Terlepas dari banyaknya akun dengan pengikut sedikit tetapi kategorinya tokoh publik, saat ini mulai banyak orang yang peduli dengan personal branding.
Orang-orang ini akan membuat media sosial mereka sesuai branding yang dipilih. Materinya bisa dari akun lain yang dimodifikasi, artikel, atau forum. Beberapa juga membuat sendiri konten tersebut sesuai pengalaman dan ilmu yang dimiliki.
Misalnya, saat saya mau melakukan personal branding di Instagram. Bidang yang dipilih adalah informatika, karena saya ingin bekerja sebagai programmer. Maka konten yang saya buat bisa berupa coding singkat, tips penyelesaian masalah, atau tanggapan seputar isu teknologi yang sedang tren.
Cukup bermodalkan Bahasa Inggris pasif, saya bisa membuka forum seperti Stack Overflow untuk mencari materi konten. Ada banyak solusi dan penjelasan lengkap seputar pemrograman di sana. Saya tinggal ubah bentuknya menjadi reels atau carousel.
Bisa juga saya ingin terlihat bagus dalam bidang kesehatan. Ada banyak bahan konten bertebaran di internet. Seorang lulusan SMA bahkan diberitakan bisa lolos menjadi dokter di Rumah Sakit PHC hanya bermodalkan data dari internet tersebut.
Saat ini ada terlalu banyak informasi di internet yang bisa bebas diakses. Hal tersebut membuat background checking melalui media sosial bisa saja tidak menghasilkan data sebenarnya.
Kejadian seperti ini memang tidak selalu berujung sama. Masih banyak orang di luar sana yang melakukan personal branding sesuai latar belakang keahliannya. Misalnya Dokter Tirta yang sering melakukan edukasi di Instagram dan Twitter, atau Hotman Paris yang kerap berbagi konten edukasi hukum.
Mungkin bisa dilakukan analisa lebih mendalam untuk menguji akurasi personal branding yang dilakukan seseorang. Hal ini perlu dilakukan agar perekrut mendapatkan sumber daya manusia yang sesuai harapan dan kebutuhan.