Menelisik pemikiran bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara dengan gagasan dasar ajarnya yaitu Asih, Asuh, Asah. Mencintai, membina, dan mendidik peserta didik sepenuh hati. Â seorang guru diharapkan memiliki 3 dasar ajar ini untuk selanjutnya bisa diterapkan pada Pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan teori belajar humanisme dimana tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Sehingga proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
1. Asih
Asih yang berarti mencintai. Hal ini merupakan kebutuhan dasar yang erat kaitannya dengan kebutuhan emosional. Berbicara mengenai kebutuhan, Abraham Maslow melalui teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri). Sehingga pendidikan humanistik haruslah pendidikan yang mencakup lima kebutuhan tersebut. Atas dasar kebutuhan tersebut, rasa kasih dan sayang dari seorang guru tentu saja akan menumbuhkan motivasi belajar pada peserta didik.
2. Asah
Asah di sini dapat diartikan mendidik. Sehingga dalam pembelajaran guru tidak hanya menyampaikan materi, namun juga membentuk karakter peserta didik. Inilah yang kemudian menjadi tantangan bagi guru untuk dapat berinovasi melalui metode maupun strategi pembelajarannya dengan pendekatan yang mampu membentuk karakter peserta didik. Seperti, bagaimana cara guru mengajar peserta didik untuk bermain sambil belajar hingga peserta didik tidak sadar bahwa dirinya sedang belajar meskipun yang dilakukan adalah sebuah kegiatan bermain. Sama seperti ketika guru mengajar sambil mendidik yang didapatkan adalah peserta didik tidak hanya pandai dalam teori tapi juga mempunyai karakter (dalam hal ini etika) yang baik
3. Asuh
Terakhir, asuh yang berarti membina. Di sini guru berfungsi sebagai suri tauladan untuk memberikan pembinaan terhadap peserta didik. Sebagai penggerak utama dalam tercapainya merdeka belajar, seorang guru harus menyadari posisinya sebagai figur dalam membentuk karakter siswa. Pembelajaran humanistik memandang peserta didik sebagai subjek yang bebas untuk menentukan arah hidupnya. Peserta didik diarahkan untuk dapat bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Beberapa pendekatan yang layak digunakan dalam metode ini adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak siswa untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Guru tidak bertindak sebagai guru yang hanya memberikan asupan materi yang dibutuhkan siswa secara keseluruhan, namun guru hanya berperan sebagai fasilitator dan partner dialog.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H