Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Doktor Pengawasan Pemilu

2 Mei 2019   23:04 Diperbarui: 2 Mei 2019   23:23 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekretaris Jenderal Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Gunawan Suswantoro mengikuti proses wisuda di Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat, Jum'at, 3 Mei 2019. Penelian disertasinya membuka ruang diskusi berkelanjutan. Dia menulis dan sukses melewati sidang promosi doktor dengan pokok pengkajian, "Implikasi Sistem Pemilu Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Sistem Presidensial".

Kita mungkin sulit menemui ada orang yang dengan tekanan pekerjaan masih bisa memusatkan perhatian untuk belajar. Apalagi pekerjaannya adalah mengelola kelembagaan seperti Bawaslu, lembaga pertama di dunia yang memiliki fungsi pengawasan dan penyelesaian sebagian masalah Pemilu. Pasti berat membagi waktu. Terlebih pendidikan yang diselesaikan adalah program doktor.

Seperti terkena cubitan masa lalu. Kita seakan diingatkan tentang ketika ada kemauan, disitu ada jalan. Begitu pula pengajaran tersirat dari Gunawan Suswantoro. Tidak secara langsung menyusuh orang lain untuk terus belajar. Atau minimal menjaga budaya aktifis, yakni membaca, menulis dan diskusi bermuara pada aksi.

Tapi, bagaikan seorang guru, Gunawan Suswantoro memberi pelajaran dengan mencontohkan. Karena, sebaik-baik mengajari adalah memberikan contoh. Bahkan seperti memperlihatkan hal-hal teknis dan detil. Agar orang lain memahami apa yang harus dipelajari dan dilakukan.

Kalau tidak salah, Rasulullah Muhammad SAW juga mengajari bagaimana menjalani hidup dengan cara memberi contoh langsung. Karena dengan percontohan, orang tidak akan banyak bertanya. Tetapi langsung bisa meniru untuk mencapai pemahaman yang sama. Mungkin itulah yang juga diajari dengan kalimat Tut Wuri Handayani.

Kembali kepada sang arsitek kelembagaan pengawas Pemilu. Gunawan memahami bahwa Bawaslu sebagai lembaga pertama di dunia harus memperkuat sumber daya manusia. Tapi, dia juga paham, semua perbaikan membutuhkan tahapan yang berirama dan berkelanjutan. Toh, Pemilu juga memiliki tahapan teknis.

Dengan demikian, Bawaslu kedepan pasti sibuk dengan dua hal. Pertama, sebagai lembaga perdana yang mengawasi Pemilu. Bagaimana Bawaslu mensosialisasikan teknis dan subtansi pada dunia internasional. Kedua, Bawaslu yang telah bertambah kuat melalui kewenangannya harus menjadi pendidik. Karena subtansi pengawasan adalah memasyarakatkan pengawasan Pemilu.

Untuk menjalankan dua agenda masa depan Bawaslu. Gunawan mengajarkan agar seluruh Pengawas, termasuk staf lembaga, untuk terus belajar dan memperkaya khasanah keilmuan. Agar semua pengawas, tanpa memandang jabatan dan posisi, bisa mengambil peran untuk menciptakan "sekolah pengawasan Pemilu".

Mungkin, akan banyak pertanyaan, salah satunya, kenapa tidak memerintahkan semua pengawas/staf untuk menimba ilmu. Karena kebutuhan setiap orang akan pendidikan itu berbeda-beda. Perintah hanya akan memunculkan pertanyaan sambutan. Seperti, mau belajar apa, dimana, dan bagaimana membagi waktu. Atau pertanyaan lainnya.

Jadi, apakah penulis akan berhenti ditulisan ini? Tentu tidak. Ada beberapa tahapan untuk mengejar sang Sekjend Bawaslu. Untuk awal, aku harus bisa menerbitkan buku. Sebagaimana buku terkait pengawasan milik sang doktor pengawas Pemilu. Setelah itu, tentu melanjutkan pendidikan. Sampai, karena semakin kita banyak belajar. Semakin kita merasa banyak yang belum diketahui.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun