Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Hati-hati pada Pengabdi Machievelli

4 Januari 2019   12:05 Diperbarui: 4 Januari 2019   22:12 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Machiavelli sukses menanamkan teori politik diktatornya. Dengan konsep bahwa semua hal dapat dilakukan secara maksimal demi mencapai tujuan politik dan mempertahankan kekuasaan. Dengan cara apapun, bekerja keraslah untuk mendapatkan kekuasaan. Kalau sudah dapat, pertahankan kursi kekuasaan itu dengan cara apapun.

Pemain boleh menangis untuk meraih simpati. Siapapun dia, bisa saja berdusta. Bohong. Bila perlu, menjanjikan berbagai hal. Apapun itu, seseorang yang bernafsu akan kekuasaan diperbolehkan mengumbar masalah. Ancaman atau tekanan, sah-sah saja dalam politik. Kalau perlu, menggunakan alat kekuasaan untuk menindas dan menekan orang-orang yang lemah.

Apabila ada perlawanan. Penguasa boleh menggunakan kekerasan. Membuang para penantang. Menghabisi jabatan para kritikus. Kalau masih kurang? Menggunakan jaringan untuk menyengsarakan lawan politik. 

Sepanjang semua menguntungkan penguasa. Penggunaan preman bisa menjadi opsi penekan. Tidak perduli yang dilawan adalah orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan. Sepanjang dia mengganggu, murid idiologis Machiavelli akan menghantam semua suara yang menganggunya.

Untuk menambah kekuatan di internal kekuasaan. Para teman dan sahabat dibuat bungkam. Penguasa bisa membuat air mata kesengaraan dengan dalih merasa dianiaya. Mana ada pemimpin yang dianiaya?

Sebaliknya, memimpin yang memiliki kemampuan menganiaya bawahan. Dia juga bisa mencari-cari masalah sahabatnya. Agar teman-temannya terpaksa diam saat penindasan dan ketidakadilan terjadi.

Bukan tidak mungkin, penguasa yang menghalalkan semua cara adalah orang yang sudah buta dan tuli. Padahal matanya sehat dan telinga bisa mendengar musik. Kalaupun lawan politik menggunakan dalil perintah dan larangan Tuhan. 

Penguasa jenis ini mampu menggunakan dalil agama untuk membenturkan dalil lainnya. Kalau perlu, saat terdesak, tangis dan khilaf membuat rontoh hati pendengar. Paska selamat dari masalah. Dia akan tertawa dan berucap, "aturan apa kata gua".

Hati-hati, siapapun dia, pemimpin organisasi atau komunitas atau lembaga apapun. Jika sudah menggunakan semua jalan untuk merebut kekuasaan. Dia bahkan bisa menjual dirinya pada setan. Dia bisa mengorbankan teman. Dia bisa menggadai marwah dan nama baik. Maka, dia adalah sebenar-benarnya pengabdi politik Machievelli.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun