Mohon tunggu...
Andrian Habibi
Andrian Habibi Mohon Tunggu... Konsultan - Kemerdekaan Pikiran

Menulis apapun yang aku pikirkan. Dari keresahan atau muncul untuk mengomentari sesuatu. Cek semua akun dengan keynote "Andrian Habibi".

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Robot Pemilu

28 Oktober 2018   18:45 Diperbarui: 28 Oktober 2018   18:59 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Intelijen dan Pilkada, dokpri

Lucunya, untuk persolan perjalanan dinas ini, urusan seratus datau beberapa ratus ribu menjadi masalah antar komisioner. Bahkan, adakalanya kegiatan berujung pada saling sindir di status whatsapp. Bukan hanya itu, pembagian jatah narasumber pun menjadi perdebatan. Sungguh-sungguh tiada guna membahas hal-hal kecil. Padahal uang kehormatan penyelenggara pemilu daerah sudah lebih dari cukup untuk hidup di kabupaten/kota.

Pusat dan Daerah

Sekarang, coba kita bandingkan kegiatan KPU dan Bawaslu RI dengan penyelenggara di daerah. Jika penyelenggara pemilu pusat mengadakan acara apapun. Mereka mengundang mitra penyelenggara, seperti: akademisi, pegiat, peneliti, pemantau pemilu dan para jurnalis. Kadang kala, para mitra itu ikut berpartisipasi aktif sebagai narasumber atau penceramah.

Penyelenggara pemilu di Jakarta, dari media sosial, sering terlihat bekerja sampai dini hari. Kadang, ada foto-foto yang tersebar atau sengaja disebar. Tujuannya memperlihatkan betapa berat kerja penyelenggara pemilu. sampai-sampai tidur di bangku dengan meja penuh tumpukan kertas. Saat pemilih saling serang di media sosial. Penyelenggara menyampaikan data, dokumen dan berita kepemiluan di media sosialnya.

Nah, kita lihat penyelenggara di daerah. Ketika mereka mengikuti bimbingan teknis atau acara pembekalan. Semua bahan penceramah masuk ke penyimpanan flasdisk. 

Kemudian dibawa pulang untuk kembali disampaikan saat menceramahi orang-orang di daerah. Kalau begitu, perbedaan antara penceramah dan yang diceramahi, hanya pada siapa yang lebih dahulu mendapatkan materi pembelajaran, tidak lebih dan tidak kurang.

Jika penyelenggara pemilu di pusat mengikutsertakan dan bermitra dengan pegiat atau lembaga pemantau pemilu. Penyelenggara di daerah merasa lebih pandai dari pegiat dan pemantau pemilu. Mungkin merasa lebih tua atau lebih paham. Sedangkan para pemantau di kabupaten/kota masih muda dengan nama junior.

Bukannya mengaktifkan masyarakat untuk beramai-ramai memantau pemilu. Banyak curahan hati pemantau pemilu mengeluh atas ketiadapenghargaan atas pemikiran, perkataan dan perbuatan. 

Jadi, wajar saja, kalau pemantau pemilu di daerah heran dengan pimpinan organisasi mereka di Jakarta. Karena, di daerah, tidak banyak penyelenggara yang memberikan ruang, akses dan kemitraan.

Bangun dari Tidur

Apakah terciptanya robot-robot pemilu bisa membahayakan penyelenggaraan pemilu? Belum bisa kita katakan cukup berbahaya. Munculnya robot pemilu, baru berpotensi mematikan partisipasi masyarakat. Anggota KPU dan Bawaslu Daerah masih selemat sampai akhir periode jabatan. Karena mengikuti semua apa yang tertulis, apa yang diperintah, dan apa yang dipercayainya. Semua cukup bisa menjaga diri selama menjabat di kursi kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun