Pertama, apakah persoalan menghambat karena faktor ketidakpercayaan? Jika iya, maka harus digali lebih mendalam. Apa alasan sebenarnya muncul ketidakpercayaan tersebut. Karena, masalah itu bisa berbalik arah. Bagaimana jika kelompok muda juga tidak percaya dengan yang tua?
Perkara percaya tidak percaya. Merupakan persoalan pelik. Percaya itu timbul karena proses. Dengan melihat proses. Barulah kepercayaan timbul. Tentu saja kelompok tua wajib memakai kacamata objektif. Bukan sekedar nafsu dinasti politik yang terkesan memaksa.
Kedua, apakah masalah meragukan kelompok muda akibat ketakutan arah perjuangan? Bila kelompok tua ragu. Sedari awal, pembahasan penurunan semangat juang sudah dibahas. Kalau perlu, semangat juang dan kajian idiologi organisasi diturunkan dengan konsep kaderisasi.
Namun, perlu dipertimbangkan hubungan idiologi dengan kondisi kekinian. Apakah memang kelompok muda tidak mampu menjaga idiologi organisasi? Belum tentu. Bisa saja kelompok muda lebih mampu mengemban semangat juang. Atau pemuda berpotensi menguatkan idiologi dalam membumikan organisasi.
Jika tidak, coba berkaca pada kisah kehidupan. Benarkah perkaderan sudah berjalan? Apakah benar langkah dinasti maupun pengkultusan?
Sebaiknya, pedulilah dengan pembaharuan dan pendidikan politik. Semangat juang tidak akan menurun, bila ruang pembelajar hanya muncul di mulut saja. Lebih baik mencari solusi sembari membantu penguatan antar generasi.
Dengan demikian, perjuangan berkelanjutan akan terjadi. Ingatlah, membuat kisah setiap masa harus adil. Bukan dengan cara mengisi semua waktu dengan pembagian se-generasi. Mulailah membangun tokoh setiap masa. Karena demi masa, sesungguhnya manusia itu bisa mendapati kerugian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H