Perkara hal ngopi di cafe. Bukanlah sesuatu yang patut di sombongkan. Semoga diriku selalu diingatkan juga. Bahwa ngopi tidak serendah apa yang dibayangkannya.Â
Ngopi memiliki mamfaat yang lebih luas dari sekedar menghabiskan segelas kopi dengan harga 30.000 sampai 50.000 rupiah per gelas.
Bukan kawan. Bukan soal harga kopi. Tidak juga kami mengharapkan diajak ngopi di cafe. Toh kami juga bisa.
Tapi ngopi adalah kode. Sebuah pesan rahasia bagi orang-orang yang memahami. Atau tanda khusus oleh para aktifis.
Jika kata ngopi keluar. Maka tandanya harus ada pertemuan. Dalam pertemuan itu keluarlah cerita, masalah atau perdebatan. Lalu setiap orang yang ngopi tadi menyusun persamaan persepsi.
Kemudian mengurai kusut masalah. Semua demi mencapai kesepakatan bersama. Kata ngopi juga pertanda bahwa masalah tidak bisa diselesaikan dengan adu mulut. Apalagi adu tangan. Kalau soal ini, main kayu pun jadi bung.
Misalnya, dua politisi berbeda partai maupun di satu partai berkelahi. Maka solusinya adalah ngopi. Dengan minum segelas kopi, setiap personal memahami bahwa mereka harus mencari solusi.
Bahkan, banyak kisah yang menceritakan masalah-masalah bangsa selesai di meja kopi. Semua dapat di bicarakan. Asal mau membawa diri kepada pencarian muara solusi. Tidak terkecuali perang, diplomasi perdamaikan juga menggunakan kode ngopi sebagai tanda memulai kesepakatan untuk berdamai.
Tapi perlu diingat, kata ngopi bukan berarti wajib meminum segelas kopi. Itu hanyalah kode bisa "bicara". Jikalau dua orang atau lebih mecari titik temu. Bisa saja ia memesan susu, teh, jus atau segelas air putih. Terserah anda.
Jadi, jikalau anda menghina kata ngopi dan meledek orang yang meminta waktu untuk ngopi. Artinya anda bukan lah aktifis, atau anda tidak pernah menjadi akfis.
Tingkat kedewasaan berpolitik bisa diukir dengan kemauannya untuk ngopi bareng. Seandainya ia menerima.