Lancangku kuningku, tidak berlayar lagi
Bertuah kotaku terancam kabut tak henti
Kini, kuning lancangku memudar
Rebah lancangku karena asap
Bertuah perih
        Anak, ibu, Bapa, Tua, Muda menjerit
        Perih, pedih, sakit
        Lancangku rebah karena asap
        Kabut asap meliputi tuah kotaku
Rinduku akan hujan, rinduku akan matahari
Rinduku akan kesejukan , rinduku akan udara segar
Rindu terjawab oleh kabut asap yang meranggas ke urat nadi
Menjatuhkan raga & nafas
        Aku mau kuningku menari dengan zapin, menghias rambutku dengan bunga dan daun
        Aku mau berlayar bersama lancangku, mengalun embun, menuai ceria
        Aku mau kotaku kembali bertuah, permai
        Semesta segar gembir, kabut asap hilang diiringi cinta anak negeri
(Nominator lomba cipta puisi hijau 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H