Mohon tunggu...
Andri Oktovianus Pellondou
Andri Oktovianus Pellondou Mohon Tunggu... Dosen - Saya senang dunia Filsafat, Sains, dan ilmu Sosial

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar dari Bunglon (Berubah Tanpa Berhenti Menjadi Diri Sendiri)

10 Maret 2023   13:57 Diperbarui: 11 Maret 2023   19:05 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari https://www.stevebloom.com/index.php?page=single&id=001991-SB1. Diakses 10 Maret 2023.

Jikalau setiap kita selalu berubah, maka apakah aneh jikalau kita bertanya ke teman atau saudara kita mengapa hari ini anda berubah? Kenapa hari ini anda tak seperti hari-hari kemarin? Sebenarnya pertanyaan ini tidak aneh karena salah satu hasrat manusia adalah keingintahuan akan sesuatu termasuk perubahan.

Manusia membutuhkan sebuah jawaban yang beralasan untuk sebuah perubahan yang dia lihat, namun perlu ada introspeksi diri, apakah orang lain yang berubah ataukah cara pandang kita tentang orang itu yang berubah? Karena disaat kita memperhatikan perubahan pada seseorang, kita seharusnya sadar bahwa kita pun sedang berubah. Mungkin cara pandang kita tentang orang itu yang berubah sehingga akhirnya berdampak pada kesimpulan kita tentang orang itu pun ikut berubah. Apakah kesimpulan kita positif atau negatif???Berimbang dan bijak ataukah menghakimi tanpa alasan yang kuat?

Terkadang kita menilai orang lain berdasarkan standar diri kita atau standar rata-rata manusia, sehingga ketika perubahan perilaku orang itu tak sesuai dengan standar kita maka kita menganggap orang itu aneh. Padahal cara pandang kitalah yang terlalu dangkal. Kenapa dangkal? Karena orang lain belum tentu sama dengan standar diri kita dan rata rata manusia yang kita ketahui, karena setiap individu manusia itu unik dan tak bisa dinilai dengan nilai mean atau nilai rata rata. Contohnya ada manusia paling tinggi di dunia, maka tak menutup kemungkinan ada manusia dengan kepribadian langkah yang tak termasuk kategori kepribadian-kepribadian dalam standar rata-rata kita atau pun mungkin tidak masuk dalam kategori psikologi.

Menilai sesama itu adalah hak kita sebagai makhluk rasional, tapi jangan terburu buru menyimpulkan pendapat anda tentang seseorang sebelum anda mengenalnya lebih dalam. Kalau baru sebatas opini pribadi maka janganlah dibagikan ke orang lain karena jikalau kesimpulan anda salah dan terlanjur diterima oleh orang lain maka itu akan menjadi prasangka kolektif. 

Benar menurut realitas imajinatif yang anda konstruksikan dalam imajinasi anda tentang seseorang belum tentu benar secara faktual. Cara pandang anda mengenai seseorang mungkin dipengaruhi oleh ekspektasi anda terhadap orang lain berdasarkan standar subjektif anda atau standar subjektif kelompok anda. 

Jadi berhati hatilah menilai seseorang karena kita tak pernah tahu seberapa besar perjuangannya melewati berbagai perubahan untuk menjadi dirinya sendiri.  Untuk menjadi diri sendiri, dia harus bergemuruh dengan pikirannya untuk bisa tetap dipahami dalam diam. 

Berhati-hatilah juga dalam mengemukakan pertanyaan kepada seseorang yang anda anggap berubah. Jangan sampai justru pertanyaan anda mengintimidasinya dan terkesan menuntutnya untuk berperilaku seperti yang anda mau. Mungkin perubahan pada dirinya merupakan proses kembali ke jati dirinya. Biarkan dia berubah jikalau itu cara dia menjadi diri sendiri. Biarkanlah dia menjadi diri sendiri karena itulah cara dia menikmati hidup. Marilah kita belajar dari Bunglon.

Daftar Referensi


Berthens, K. 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat.Yogyakarta : KANISIUS.

Darmawan, A.P. 2022. Apa Itu Teori Jendela               Johari.https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/18/160000669/apa-itu-teori-jendela-johari-.Diakses pada 10 Maret 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun