Penulis: Andri O. Pellondou
Akhir akhir ini banyak berita hoaks berseliweran di berbagai media sosial. Contohnya di Tiktok dan Youtube. Mereka mengambil berbagai potongan video dan foto dari seseorang lalu kemudian mengeditnya dan membuat konten hoaks. Contohnya hoaks mengenai hakim yang memvonis mati Sambo. Mereka memberitakan bahwa hakim yang memvonis Sambo mengalami kecelakaan hingga kritis, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Hoaks bukanlah sesuatu yang baru. Sekali pun istilah hoaks merupakan istilah yang baru dikenal di masa kini, tetapi praktek hoaks sudah dilakukan sejak dulu. Dalam Alkitab juga ada cerita mengenai penyebaran hoaks yang dilakukan oleh Mahkamah Agama. Dalam Matius 28:13-14, diceritakan bahwa Mahkamah Agama menyuap para prajurit untuk menyebar hoaks. Mereka berkata kepada para prajurit, "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa."
Dalam ayat-ayat ini jelas bahwa penyebaran hoaks dilakukan secara bersama oleh Mahkamah Agama yang terdiri dari Imam Imam kepala dan tua tua. Penyebaran hoaks ini dilakukan karena kepentingan  Mahkamah Agama untuk menghambat perkembangan Iman Kristen. Mereka tidak mau berita mengenai apa yang dialami oleh para prajurit itu tersebar sehingga kemudian banyak orang yang mempercayai dan menjadi pengikut Yesus.
Dampak dari penyebaran hoaks tersebut yaitu banyak orang Yahudi yang mempercayai bahwa mayat Yesus telah dicuri oleh murid-muridNya sendiri. Hoaks tersebut kemudian dianggap sebagai kebenaran dan diteruskan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Hoaks mengenai "mayat Yesus dicuri murid-murid-Nya" menjadi antitesis terhadap fakta kebangkitan Kristus dan dikemudian hari, berita hoaks tersebut bersama dengan berita hoaks lainnya dari masa lampau dipakai sebagai sumber sejarah oleh pemikir pemikir moderen yang tidak mempercayai Yesus sebagai Tuhan.Â
Mereka menggunakan hoaks-hoaks tersebut sebagai antitesis untuk melawan dan menolak Yesus. Mereka mengklaim berita berita tersebut sebagai sumber sejarah yang lebih bisa dipercayai daripada Alkitab, padahal berita berita tersebut tidak saling berkonsistensi sama seperti konten hoaks mengenai hakim yang memvonis Sambo di YouTube yang mana potongan-potongan foto dan video yang diedit tidak berkonsistensi. Yang diberitakan kecelakaan tapi foto-foto dan video yang dimuat adalah foto foto dan video di persidangan.
Lalu bagaimana dengan kekristenan? Apakah kekristenan kekurangan bukti untuk membuktikan bahwa yang diimaninya bukan hoaks tapi sebuah kebenaran final? Jawabannya tidak. Kita tak kekurangan bukti dan sumber sejarah. Alkitab bukan hanya satu kitab tetapi 66 kitab yang ditulis oleh orang yang berbeda dan dalam rentang waktu yang berbeda.Â
Kita memiliki 66 sumber sejarah dan banyak saksi mata yang menyaksikan sendiri sejarah penyelamatan Allah mulai dari penciptaan, kejatuhan, sampai dengan kebangkitan Kristus. Alkitab bukanlah kumpulan potongan- potongan gambar atau foto yang tidak saling berkonsistensi, tetapi kejadian sampai Wahyu memberitakan kebenaran yang sama.
Dalam pengadilan dunia, satu saksi dan satu alat bukti saja sudah cukup untuk membuktikan sebuah perkara, apalagi Alkitab. Kemudian Alkitab bukan sejarah yang ditulis oleh imajinasi manusia tetapi merupakan Wahyu Allah sendiri. Allah yang menulis sendiri sejarah keselamatan manusia dan rencana keselamatanNya. Alkitab sendiri memberikan kesaksian dan bukti bukti itu. Roh Kudus pun mengajar dan meyakinkan kita bahwa Alkitab adalah Firman Allah, bukan perkataan manusia.