Mohon tunggu...
Andri Oktovianus Pellondou
Andri Oktovianus Pellondou Mohon Tunggu... Dosen - Saya senang dunia Filsafat, Sains, dan ilmu Sosial

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudahkah Keluar dari Kemiskinan?

25 April 2019   10:16 Diperbarui: 29 April 2019   08:40 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andri Oktovianus Pellondou, M. Si

Berbicara soal kemiskinan bukanlah masalah yang sepeleh. Berbicara mengenai kemiskinan, akan memperhadapkan kita dengan berbagai pertanyaan yang tak mudah dijawab, walau pun banyak orang membuatnya seolah olah mudah. Misalkan pertanyaan, mengapa orang miskin? Mungkin jawaban gampangan yang diberikan adalah karena kemalasan dan kebodohan.

Orang-orang yang membuat seolah olah masalah kemiskinan adalah masalah yang mudah untuk dijawab, mungkin adalah orang-orang yang beruntung karena dari sejak lahir mereka tak pernah miskin. Lahir di tempat tidur emas, dalam rumah yang dipagari emas sehingga mereka menjadikan kondisi keberuntungan mereka sebagai standar untuk memberikan jawaban yang terkesan gampang. Ehm mungkin saja. Atau kemungkinan-kemungkinan lain bisa menjadi kesimpulan kita.
Apakah kemiskinan begitu gampang dipahami? 

Kenyataan hidup menunjukan bahwa kemiskinan adalah masalah yg kompleks. Karena kompleksitas itulah maka tak bisa digeneralisasi secara terburu buru bhw semua kemiskinan disebabkan oleh karena kemalasan. Banyak faktor yang terlibat dan melibat di dalamnya.

Mungkinkah ada yg ingin miskin??Mungkin saja ada tapi tidak semua orang miskin menginginkan kemiskinan. Ada kemiskinan yg diinginkan dan ada yg tidak diinginkan. 

Kemiskinan yg diinginkan adalah kemiskinanisme. Kemiskinanisme adalah kemiskinan demi kemiskinan.  Artinya orang sengaja menjadi miskin dengan tujuan kemiskinan itu sendiri karena kemiskinan dianggap sebagai kondisi yang mulia atau berharga. Artinya kemiskinan dijadikan nilai oleh mereka. Mungkin nilai pribadi atau nilai komunitas karena kepercayaan tertentu.

Lalu bagaimana dengan kemiskinan yang tidak  diinginkan? Apakah dengan bekerja keras, seseorang bisa keluar dari kemiskinan? Jawaban ya bisa, tapi persoalannya tak semudah itu. Misalkan untuk bekerja sebagai petani, seseorang membutuhkan tanah tapi bagaimana jikalau masih banyak orang yang belum memiliki tanah? 

Penulis pernah berjumpa dengan para pengemis yang tinggalnya berpindah pindah. Biasanya mereka tinggal di tanah tanah kosong milik pemerintah dengan hanya berlindung pada gardus bekas atau apa pun yang bisa melindungi mereka dari panas matahari dan ada juga yang tingga di emperan-emperan tokoh. Lalu bagaimana mereka bisa keluar dari kemiskinan dengan cara bertani sedangkan tanah saja tak dimiliki?

Mungkin kita juga berpikir bahwa mengamen bisa membawa mereka keluar dari kemiskinan, namun kenyataannya hasil mengemis sehari baru cukup untuk makan sehari. Cuma untuk bertahan hidup. 

Bukan cuma itu, stigmatisasi terhadap para pengemis di kota kota besar telah menyebabkan pendapatan mereka berkurang. Bahkan kemiskinan telah dipakai oleh orang-orang berduit sebagai lahan bisnis mereka. 

Banyak anak diangkut dengan truk untuk mengemis demi keuntungan sehingga para pengemis yang benar benar mengemis karena kemiskinan kemudian dicap sama dengan kelompok orang-orang yang memanfaatkan kemiskinan demi memperoleh keuntungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun