Mohon tunggu...
Andri galih
Andri galih Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

saya mahasiswa unisa yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Disparitas Balita Kurang Gizi di Indonesia

22 November 2024   04:28 Diperbarui: 22 November 2024   08:50 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disparitas Balita Kurang Gizi di Indonesia

Kekurangan gizi pada anak balita merupakan suatu kondisi yang mencerminkan keadaan pertumbuhan anak balita, yang diukur berdasarkan berat badan anak dan tinggi badan anak yang dikaitkan dengan umur, seperti indeks BB/U (berat badan berdasarkan umur), TB/U (tinggi badan berdasarkan umur) dan BB/TB (berat badan berdasarkan tinggi badan). Riskesdas merupakan suatu survei berskala nasional yang mengumpulkan data antropometri secara lengkap dan dapat merepresentatifkan hingga tingkat kabupaten/kota. Berdasarkan Riskedas 2007 dan Riskesdas 2013 status gizi pada anak balita di Indonesia cenderung menunjukkan peningkatan kecuali persentase stunting dan Faktor ekonomi adalah adalah akar masalah dari kurang gizi tersebut.

Semakin baik status ekonomi keluarga semakin rendah proporsi balita yang kurang gizi. Hal tersebut dapat terjadi oleh karena hampir seluruh determinan yang menyebabkan anak dapat menderita kurang gizi sangat terkait dengan kondisi ekonomi suatu keluarga, seperti akses rumah tangga terhadap pangan bergizi, serta kondisi rumah dan lingkungan yang sehat. Tingkat status sosial ekonomi dapat memengaruhi asupan makan balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pujiati dkk,10 bahwa didapatkan hasil besar risiko status ekonomi terhadap kejadian gizi buruk pada anak balita adalah 9,514. Arti bahwa balita dengan status sosial ekonomi keluarga rendah memiliki risiko 9,514 kali dibandingkan balita dengan status ekonomi keluarga tinggi untuk menjadi gizi buruk. Demikian juga penelitian Myrnawati dan Anita,11 yaitu status sosial ekonomi keluarga berpengaruh langsung positif terhadap status gizi anak usia sekolah PAUD di Semarang. Lebih lanjut penelitian faktor demografi dan risiko gizi buruk dan gizi kurang oleh Saputa dkk12 menyimpulkan bahwa, faktor kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan orang tua merupakan faktor utama dalam risiko balita menderita gizi buruk dan gizi kurang.

Secara disparitas, maka semakin baik status ekonomi keluarga semakin rendah proporsi balita yang kurang gizi. Anak balita yang tinggal di perdesaan mempunyai persentase indeks kurang gizi lebih tinggi dibandingkan tinggal di perkotaan. Berdasarkan provinsi, maka ratarata indeks kurang gizi di Indonesia sebesar 2,5%, dengan persentase tertinggi di Provinsi Maluku dan terendah di DKI Jakarta. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin rendah persentase indeks kurang gizi pada anak balita. Semakin tinggi umur anak balita, semakin tinggi Disparitas Balita Kurang Gizi di Indonesia .... (Sri Poedji Hastoety Djaiman, dan Nunik Kusuma Wardhani. et al) 209 persentase indeks anak balita kurang gizi. Hasil analisis complex inequity menunjukkan angka SII yang cukup tinggi pada dimensi ekonomi.

Dalam penanggulangan dan pencegahan anak balita kurang gizi, sebaiknya lebih diprioritaskan pada masyarakat golongan ekonomi tidak mampu dan tinggal di perdesaan, tingkat pendidikan orang tua yang relatif rendah, dan anak balita umur 3-5 tahun.

www.unisayogya.ac.id/id

Daftar Pustaka

Blossner M, de Onis M. Malnutrition quantifying the health impact at national and local levels. Geneva: World Health Organization; 2005.

Hong R, Vinod M. Effect of wealth inequality on chonic under nutrition in Cambodian children. J Health Popul Nutr. 2006;24(1):89- 99. 2006 ICDDR,B: Centre for Health and Population Research.

WHO. Nutrition landscape information system (NLIS) country profile indicator. WHO Library Cataloguing in Publication Data. 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland; 2010.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun