Revolusi industri 4.0 telah dimulai. Ada banyak hal di dalam dunia industri yang telah berubah, terutama sejak hadirnya konsep otomatisasi pekerjaan.
Peran manusia dalam proses bisnis kian terkikis dengan hadirnya teknologi seperti Ai (Artificial Intelligence) dan juga IoT (Internet of Things). Untuk nama teknologi yang pertama mungkin menjadi yang paling disorot.
Apalagi berita kedatangan Chat GPT yang booming di Desember 2022 hingga pertengahan tahun 2023.
Menjadikan banyak pekerja was-was akan lapangan pekerjaannya yang mungkin akan dikuasai oleh Ai. Ketakutan ini terbilang wajar mengingat AI sekarang mampu bekerja dengan baik bukan hanya pada pekerjaan dengan pola yang tetap, namun juga untuk pekerjaan dengan pola yang tidak tetap seperti seni.
Ya, melalui Ai kita dapat dengan mudah menghasilkan karya foto, gambar, seni abstrak, video, animasi, lagu dan lain-lain hanya dengan sekali klik. Belum lagi banyak perusahaan-perusahaan Ai yang kian tumbuh menjamur.
OpenAi salah satu perusahaan Ai terbesar di dunia bahkan telah menghabiskan dana sebesar USD 540 juta untuk pengembangan Chat GPT. Mereka memperkirakan bahwa perusahaan akan mendapatkan RoI sebesar USD 1 miliar di tahun depan.
Kedatangan Ai sebenarnya bukan satu-satunya tantangan yang mesti dihadapi manusia dalam dunia industri. Terdapat satu lagi teknologi yang dapat mengancam lapangan pekerjaan manusia yakni IoT.
Baik IoT dan juga AI sebenarnya adalah teknologi lama yang terus mengalami pembaruan. Ai dikembangkan pertama kali pada tahun 1956 oleh John McCarthy.
Idenya adalah menghadirkan mesin yang dapat mengerjakan tugas kognitif manusia dalam skala yang lebih besar dan ruang lingkup yang lebih luas. Sedangkan IoT dikembangkan pertama kali oleh Kevin Ashton melalui teknologi RFID tag di tahun 1999.
Meskipun berbeda, pada kenyataannya kedua teknologi ini memiliki persamaan. Yakni sama-sama bertujuan untuk merubah mesin menjadi lebih pintar dari sebelumnya.