Dari sinilah saya menangkap, bahwa idealisme seorang pemimpin itu memang harus memiliki daya tawar secara nasional. Terlebih itu adalah kota Jakarta. Inilah yang akan selalu dibutuhkan oleh setiap tokoh-tokoh pembaharu negeri ini. Bahwa menemukan solusi untuk masalah yang ada itu sudahlah teramat berat. Maka bila kemudian dalam rentang membuat solusi itu berjalan ternyata harus diganggu dengan kebijakan yang visinya bertolak belakang, maka harus ada kekuatan politik agar itu bisa dibendung.
Terus terang saya merasa miris melihat Jokowi sampai harus berujar, "Pokoknya transportasi murah, bukan mobil murah."
Ini benar-benar menunjukkan diskusi soal kepemimpinan bangsa ini memang harus berpikir secara integral sampai kepada keberanian seorang pemimpin yang memiliki kebijakan pro kepentingan rakyat. Namun secara bersamaan tidak juga membuka front permusuhan dengan pelaku-pelaku bisnis global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H