Kenangan Kita," terdengar suara lembut piano mengalun merdu, menambah suasana romantis malam itu.Â
Rintik hujan turun perlahan di sudut kota yang mulai gemerlap dengan lampu jalan. Di sebuah kafe kecil bernama "Arman duduk di salah satu sudut, menatap keluar jendela dengan secangkir kopi hitam di tangannya. Ia tersenyum kecil, teringat masa-masa SMA yang penuh warna.
Arman tak menyangka bahwa perjalanan bisnisnya kali ini membawanya kembali ke kota tempatnya tumbuh besar.Â
Sudah lebih dari sepuluh tahun sejak terakhir kali ia menginjakkan kaki di sini. Semua sudut kota ini mengingatkannya pada kenangan lama, terutama pada seseorang yang pernah mengisi hatinya: Rina.
Rina, gadis dengan senyum yang selalu bisa membuat hari Arman cerah. Mereka berdua adalah sepasang kekasih saat SMA, tapi kehidupan membawa mereka ke jalan yang berbeda setelah lulus. Arman melanjutkan studi ke luar negeri dan akhirnya menetap di Jakarta, sementara Rina tetap di kota kecil ini.
Sambil menikmati kopinya, Arman mengeluarkan ponsel dan secara tak sengaja membuka album foto lama. Ia menemukan foto-foto mereka berdua, tertawa di acara perpisahan sekolah, berjalan-jalan di taman kota, dan menikmati senja di tepi danau. Hati Arman berdebar, ia teringat kembali perasaan yang pernah ada.
Arman lalu memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi kota. Ia melewati taman yang dulu sering ia kunjungi bersama Rina. Pohon-pohon rindang dan bangku taman yang sudah mulai usang membawa ingatan masa lalu kembali hidup. Ia berjalan menuju sekolah lamanya, bangunan tua yang masih berdiri kokoh meski beberapa bagiannya telah direnovasi. Di lapangan sekolah, Arman melihat sekelompok siswa yang sedang bermain bola, mengingatkannya pada saat-saat ia dan Rina duduk di tribun sambil bercanda tawa.
Hujan mulai reda ketika Arman sampai di danau tempat mereka sering menikmati senja. Ia duduk di bangku yang sama seperti dulu, menghirup udara segar sambil memandangi permukaan air yang tenang. Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, menciptakan pemandangan yang selalu membuatnya terpesona. Di tengah lamunannya, Arman merasakan kehadiran seseorang di dekatnya.
Tanpa menoleh, Arman tahu siapa yang berdiri di sana. Wajahnya mungkin telah berubah, tapi aura itu tetap sama.Â
Rina, dengan senyum yang selalu menghangatkan hatinya, kini berdiri di sampingnya. Tanpa kata, mereka duduk bersama, menikmati senja yang indah di tepi danau.
Kenangan masa lalu mengalir dalam pikiran Arman. Ia teringat saat-saat manis mereka bersama, dari kebersamaan sederhana di kantin sekolah hingga janji-janji yang pernah mereka buat. Meski mereka telah lama berpisah, perasaan itu ternyata masih ada, bersembunyi di sudut hati yang terdalam.