Hingga suatu hari, takdir memberikan kesempatan itu. Selepas pengajian, ustaz mengumumkan bahwa akan diadakan kegiatan gotong-royong membersihkan masjid, dan mengajak seluruh jamaah untuk berpartisipasi.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Rizky. Ia segera mendaftar dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ternyata, Aisyah juga turut ambil bagian. Saat mereka bekerja bersama membersihkan masjid, Rizky memberanikan diri untuk menyapa Aisyah.
 "Assalamu'alaikum, Aisyah. Saya Rizky. Bolehkan kita berkenalan?"tanya Rizky.
"Wa'alaikumussalam, Rizky. Tentu, senang berkenalan denganmu," jawab Aisyah menoleh dan tersenyum.
Dari percakapan sederhana itu, mereka mulai saling mengenal. Ternyata, mereka memiliki banyak kesamaan, mulai dari latar belakang keluarga hingga minat yang sama dalam hal ilmu agama. Rizky terkesan dengan kecerdasan dan kelembutan Aisyah, sementara Aisyah melihat ketulusan dan kebijaksanaan dalam diri Rizky.
Hari-hari berlalu, dan hubungan mereka semakin dekat. Mereka sering bertukar pikiran dan berdiskusi tentang banyak hal, terutama tentang agama dan kehidupan.Â
Rizky merasa semakin yakin bahwa Aisyah adalah wanita yang selama ini ia cari. Namun, ia tidak ingin tergesa-gesa. Ia ingin memastikan bahwa perasaannya benar-benar tulus dan didasari niat yang baik.
Suatu malam, setelah mengikuti pengajian, Rizky memberanikan diri untuk berbicara dengan Aisyah secara lebih serius.
"Aisyah, aku merasa kita memiliki banyak kesamaan dan aku sangat menghargai setiap momen yang kita habiskan bersama. Aku ingin mengenalmu lebih dalam dan membawa hubungan ini ke arah yang lebih serius. Apakah kamu bersedia?" tanya Rizky dengan wajah tegang.
Aisyah terdiam sejenak, lalu tersenyum lembut.Â
"Rizky, aku juga merasa kita memiliki ikatan yang kuat. Aku menghargai ketulusanmu dan aku siap menjalani langkah ini bersama-sama denganmu,"jawabnya.